Wednesday, May 22, 2019

Tarian Tarian Khas Daerah Jakarta

Tarian Tarian Khas Daerah Jakarta - Setelah pembahasan mengenai tari daerah Bali dan tari daerah Lampung, kali ini kita akan membahas seni tari dari daerah Jakarta. Seperti daerah lain, daerah Jakarta juga mempunyai banyak tarian tradisional yang pantut dibanggakan.


Selengkapnya bisa anda lihat pada pembahasan tarian daerah dari Jakarta berikut ini. Tapi sebelum itu, sekedar mengingatkan saja, berikut ada beberapa pencarian yang biasa di cari:

1. ciri ciri tari daerah jakarta
2. sanggar tari tradisional di jakarta
3. les tari di jakarta
4. tarian daerah jakarta
5. sanggar tari di jakarta
6. sanggar tari di jakarta barat
7. sanggar tari di jakarta pusat
8. sanggar tari di jakarta timur

Di Jakarta ada banyak tari yang indah dan memiliki makna cukup dalam. Tarian-tarian tersebut memiliki fungsi dan kegunaan yang beragam. Seperti apa, mari kita bahas langsung.

A. Tari Yapong Khas Daerah Jakarta

Satu jenis tarian tradisional yang diciptakan untuk pertunjukan. Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan, yang berasal dari Jawa Barat.

Namun kemudian dalam perkembangannya kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara menari sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.

Yapong mula-mula diorbitkan dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pergelaran tari massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita . perjuangan Pangeran Jayakarta. 

Pergelaran berbentuk sendratari ini dipercayakan penggarapannya kepada seniman Bagong Kussudiarjo.

Untuk mempersiapkan pergelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung pada masyarakat Betawi.

Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300 orang artis dan musikus.

Tari Yapong merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang dinamis dan erotis. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta. Adegan ini dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun.

Namun istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah "ya-pong" dan berkembang menjadi Yapong.

Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiarjo dan Dinas Kebudayaan DKl Jakarta seusai pementasan menggubah tari Yapong dari bentuk sendratari dan mengembangkannya sebagai tarian lepas.

Adapun corak pakaian yang dikenakan para penarinya, merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi.

Tampak jelas bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selempang dadanya, yang disebut toka-toka. Tari Yapong diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan unsur-unsur tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera.

Karena kesenian Betawi dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong juga terdapat unsur kesenian Tionghoa, misalnya dalam kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga dengan warna merah menyala. 

Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut. DKl Jakarta memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring.

Dengan demikian tari Yapong merupakan garapan kreasi baru yang bertolak dari unsur-unsur gerak tradisional Betaw

B. Tari Topeng Betawi Khas Daerah Jakarta

Masyarakat Jakarta asli atau dikenal dengan suku Betawi mempunyai banyak kesenian, salah satunya adalah Topeng Betawi. Topeng Betawi sedikitnya memiliki tiga unsur utama yaitu : musik, tari, dan teater. Tarian yang terkandung dalam Topeng Betawi inilah yang disebut Tari Topeng Betawi.

Mengapa menggunakan “topeng”? Ini dikarenakan dahulu masyarakat Betawi menganggap Topeng memiliki kekuatan magis. Selain dapat menolak bala, juga dinilai mampu menghilangkan kedukaan karena kematian, sakit, atau pun petaka lainnya.

Selain itu, masyarakat Betawi menggunakan pendekatan berbeda mengenai istilah topeng. Mungkin bagi banyak orang, topeng itu adalah kedok (penutup wajah). Namun, tidak untuk masyarakat Betawi.

Masyarakat Betawi menggunakan “topeng” untuk istilah pertunjukan. Anda pasti kenal kesenian yang bernama Topeng Monyet, bukan? Ya, kesenian yang biasa Anda temui di Jakarta dan sekitarnya ini adalah pertunjukkan yang menampilkan atraksi dari monyet yang terlatih.

Jadi, Topeng Betawi dapat diartikan pertunjukan dalam bentuk teater yang mengandung aspek tari, nyanyi, narasi dengan dialog maupun monolog.

Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam berbeda dari segi bahasa dimana dalam Topeng Betawi memakai bahasa Betawi.

Salah seorang tokoh seniman Betawi terkenal yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya Tari Topeng hingga ke mancanegara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Perlu diketahui bahwa negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand.

Khusus bagi masyarakat Betawi, Topeng Betawi digunakan dalam ritual kehidupan yang dianggap cukup penting, seperti pernikahan dan khitanan. Pada kedua ritual itu, Topeng Betawi digelar untuk memeriahkan pesta.

Selain itu, Topeng Betawi juga digelar dengan tujuan membayar nazar. Meskipun harus membayar mahal untuk sebuah pertunjukan Topeng Betawi, namun rasanya hal itu tidak menjadi persoalan.

“Biar tekor asal kesohor” begitu ungkapan kalangan masyarakat Betawi tertentu dalam menjaga image status sosiainya.

Nah, bila si empunya hajat ingin menggelar Topeng Betawi, ia lebih dulu membayar panjer (uang muka) pada grup yang telah dipilih. Setelah ada kesepakatan biaya, kekurangannya akan dibayar pagi setelah pesta usai. Uangnya diambil dari amplop sumbangan dari para tamu yang hadir.

Seiring pergantian zaman, nampaknya Topeng Betawi juga telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tercatat ada lima bentuk perubahan yang disebabkan oleh urutan waktu dalam sejarah.

Pertama, esensi Topeng yang sakral dan magis tak lagi menjadi motivasi bagi yang punya hajat. Topeng tak lagi berfungsi sebagai penolak bala atau nazar bagi anak yang sering sakit-sakitan. Masyarakat Betawi lebih percaya rumah sakit atau puskesmas untuk mengobati seseorang yang sakit.

Kedua, pagelaran yang diselenggarakan dalam lingkup tradisi yaitu acara pernikahan dan khitanan, juga mengalami pergeseran ke acara yang lebih bersifat nasional.

Ketiga, keragaman estetika yang muncul di antara orang-orang Betawi pun mulai menghilang karena masuknya para pendatang ke daerah orang-orang Betawi. Termasuk berbagai bentuk kedok yang memperlihatkan keragaman topeng, hilang secara perlahan lahan.

Keempat, durasi seni pertunjukan mengalami pergeseran. Jika dulu (tahun 70-an) masih berlangsung hingga pukul 4 pagi, lama kelamaan bergeser durasinya, sekarang paling lambat pukul 3 harus sudah selesai. Ini dikarenakan orang-orang harus bersiap diri untuk sholat Subuh agar tidak kesiangan.

Kelima, narasi pagelaran Topeng, tak lagi mengangkat tema kemiskinan di wilayah-wilayah tuan-tuan tanah, dan telah beralih dengan mengunakan isu nasional yang kadang-kadang menjadi legitimasi kepentingan politik tertentu.

Bisa dirasakan, berkembangnya zaman telah merubah historical sequences dari Topeng Betawi. Tidak saja secara fisik tetapi juga ideologinya.

Dengan kata lain, telah terjadi pertumbuhan keragaman budaya, dalam hal ini keragaman pagelaran Topeng Betawi. 

Itu bisa dimaklumi, mengingat rasa memiliki terhadap budaya Betawi, kini bukan hanya milik orang Betawi saja, tapi juga dimiliki para pendatang yang ingin melestarikan budaya Betawi menurut zamannya.

C. Tari Cokek 
Tarian Cokek ini merupakan tarian interaktif antara penari dan penonton. Penari akan membelitkan selendangnya pada penonton dan sang penonton dilarang untuk menolak menari bersama. 

Musik yang digunakan sebagai pengiring adalah Gambang Kromong yang juga menjadi salah satu seni Betawi. 

Tari cokek bisanya dipentaskan saat acara – acara besar digelar dan penari lazimnya mengenakan kebaya khusus, yang diberi nama kebaya cokek. 

D. Tari Sirih Kuning 
Tari ini dilakukan secara berpasangan. Pada dasarnya tarian sirih kuning ini pengembangan dari tarian Cokek. 

Dengan iringan musik tradisional, tarian ini sangat apik dan legendaris. Biasanya tarian ini diselenggarakan ketika ada hajatan besar keluarga. 

Acara hajatan besar tersebut seperti untuk mengiringi pengantin ketika memasuki pelaminan atau pada hiburan penyambutan tamu kehormatan maupun perayaan lainya yang lengkap dengan tradisi budaya betawi. 

E. Tari Sembah Nyai 
Tari Sembah Nyai juga diiringi musik dari Gambang Kromong. Jika diperhatikan, Tari Sembah Nyai ini mempunyai unsur Melayu yang nampak pada beberapa gerakannya. 

Tari ini di iringi musik Gambang Kromong seperti tari Cokek. Bentuk penyajiannya hampir sarna dengan tari Sekapur Sirih pada tari Melayu. 

Tarian ini mungkin dapat dikatakan sebagai bentuk pengembangan dari tarian yang berkembang di Betawi Tengah, dimana nuansa Melayu cukup berperan.

F. Tari Kembang Lambang Sari 
Tarian ini terinspirasi dari kisah Bapak Jantuk Teater Topeng Betawi. Kisah Bapak Jantuk sendiri merupakan bentuk ekspresi gembira orang tua mengasuh anaknya. 

Kegemberiaan menjelma jadi bentuk tarian tradisional yang sampai saat ini dikenal oleh banyak orang.

Demikianlah tadi materi kesenian kali ini. Semoga pembahasan mengenai tarian khas daerah Jakarta di atas bisa bermanfaat bagi kita semua. Mudah-mudahan keindahan tari daerah bisa senantiasa dilestarikan. 

Tarian Tarian Khas Daerah Jakarta Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Mandes