Cerpen tentang Keluarga, Rumah Cinta - Dengan adanya tambahan koleksi cerpen berjudul "rumah cinta" berikut ini diharapkan semua pengunjung setia situs tugas sekolahku ini bisa bergembira dan lebih mudah dalam mencari cerita pendek. Cerpen kali ini tidak berbeda dengan yang lain yaitu ditulis dengan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Meski begitu cerpen ini juga tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan cerita - cerita lain yang sudah diterbitkan sebelumnya.
Benar-benar sebuah karya sederhana yang dibuat dengan penuh rasa dan sentuhan yang sempurna, cerpen keluarga berikut memang layak menjadi salah satu bahan belajar kita semua. Cerpen bertema kehidupan keluarga ini menggambarkan betapa besarnya cinta yang ada dalam sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, adik, kakak dan saudara lain serta mungkin kakek dan nenek. Supaya lebih lengkap, sebelum membaca karya tersebut silahkan cek juga beberapa karya lain di bawah ini.
Cerpen keluargaku
Cerpen kehidupan
Cerpen keluarga broken home
Cerpen keluarga bahagia
Cerpen keluarga islami
Cerpen lucu
Cerpen cinta
Cerpen keluarga sedih
Cerpen tentang keluarga
Kalau saja masih ada yang kurang berkenan dengan contoh cerpen keluarga tersebut maka bisa melihat beberapa karya lain di atas. Atau bisa juga langsung mencari cerita yang diinginkan dari kotak pencarian situs di sebelah pojok kanan atas. Sekarang supaya tidak ngelantur kemana-mana mari kita baca kisah cerpen menarik tersebut di bawah ini.
Rumah Cinta
Oleh Lisa Nanda Sumantri
Namaku ghaida clara utary biasa dipanggil ghaida. Umurku baru menginjak 17 tahun. Aku mempunyai hobby yang sangat dibenci orang tuaku keluyuran tapi bukan siang hari ,melainkan malam hari. Orang tuaku selalu marah ketika aku pulang larut malam.ya aku melakukan ini semua karena aku bosan dengan suasana rumah. Rumah? Bagiku itu seperti neraka duniawi, aku mulai membenci rumah sejak pertengkaran kedua orang tuaku dua tahun silam dan menyebabkan perpisahan orang tuaku.
Selang satu tahun mereka memutuskan untuk rujuk, karena melihat aku yang semakin brutal, makin sering keluyuran bahkan pernah satu minggu tidak pulang ke rumah. Meskipun kedua orang tuaku sudah bersatu kembali aku tetap tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruk ku ini sekarang aku malah menjadi pembangkang, tidak bisa dinasehati, mudah marah, ya itulah aku korban broken home.
Lalu lalang kendaraan mulai sepi, jam menunjukan pukul 22.30 namun aku belum juga beranjak dari tempat dudukku. Tiba- tiba doni datang membawa seorang temannya. Aku memperhatikan teman doni, aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Badannya tinggi, kulitnya sawo mateng, badan tidak terlalu kurus dan badannya penuh dengan tattoo dari leher sampai tangan, tetapi pakaiannya rapi. Aku sedikit ngeri melihatnya. “ Ghaida kenalin ini fery, fery kenalin ini Ghaida” “fery” ucap lelaki itu seraya menjulurkan tangannya “ Ghaida” ucapku ramah sembari mejabat tangannya. Lalu kamipun berbincang- bincang, bercanda, tertawa seolah tidak ada masalah yang membebani hidup kami. Tiba- tiba handphone doni berbunyi, mukanya terlihat gelisah setelah membaca pesan singkat yang masuk. “ lo kenapa don?” tanyaku dengan penasaran
“mama gue masuk rumah sakit da, sakitnya kambuh, fer loe ntar anterin Ghaida pulang ya, gue mau kerumah sakit” pinta doni
“ iya don ntar biar gue yang anter Ghaida” jawab ferry
“ gue duluan ya temen- temen”
“iya don hati- hati ya”
Haripun semakin larut ferry melirik jam tangannya “ udah malem da gue anter pulang yuk” kata ferri
“ yuk fer” jawabku semangat. Sekitar 30 menit kemudian kita sampai “ maksih ya fer udah nganterin gue”
“ iya sama- sama da oh iya da besok gue sama anak-anak mau ngadain bakti social lo mau ikut gak da?” Tanya feri
“ seru tu fer kayaknya, gue ikut dong”
“besok kita kumpul dijalan cempaka, kita mulai jam 08.00 lo datang aja”
“ oke fer”
“ ya udah ya da gue pulang”
“ iya fer hati- hati”
Ternyata sejak tadi mamamemperhatikan percakapan ku dengan fery
“ itu siapa da, badan bertatto, penampilan seperti jalanan, apa tidak bisa cari teman itu jangan seperti dia, masih banyak kan yang baik!!”
“ dia juga baik kok ma”
“ baik yang seperti apa?mana ada orang seperti dia yang baik!”
“ terserah mama lah, ghaida capek mau istirahat” kataku sambil membanting pintu kamar.
Ini bukan kali pertama aku bertengkar dengan mama. Aku bingung dengan jalan fikiran mama, ah aku selalu pusing jika memikirkannya.
Mentari pagi sepertinya sudah muncul, udara dingin di luar membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidur. Ku raih handphone di meja dekat tempat tidur, ternyata baru pukul 06.30. aku menarik selimut dan mencoba memejamkan kataku, namun tidak bisa sepertinya aku melupakan sesuatu - Cerpen tentang Keluarga. Setengah jam lebih aku mencoba mengingatnya tapi tidak bisa. Aku terus mencoba mengingatnya dan akhirnya teringat. “ oh iya gue kana da janji sama fery” akupun langsung berlari menuju kamar mandi, setelahberganti pakaian aku pun bergegas menuju jalan cempaka tempat berkumpul fery. Sesampainya disana ternyata mereka sudah berkumpul semua, langkahku pun terhenti sejenak saat melihat fery dan teman- temannya. Aku ragu untuk melangkahkan kakiku ke segerombolan anak punk di depanku. Penampilan mereka menyeramkan, badannya penuh tattoo, bahkan ada salah satu dari mereka yang rambutnya warna – warni.
“ da sini ngapain lo diem disitu?” teriak fery
“iya fer, maaf y ague telat” ucap ku
“ iya gak papa kok da, oh iya da kenalin ini temen- temen gue, radak serem si tapi sebenernya baik kok hehehe” ucap fery sembari tertawa ringan
“ hai gue Ghaida, seneng bisa ngenal kalian” ucap ku
“ hai Ghaida” ucap mereka serempak
Tepat pukul 08.00 kami memulai bakti social, kami mengumpulkan dana mulai dari pasar tradisional hinggakerumah- rumah warga, dan kelihatannya mereka sudah sering melakukan bakti social ini sehingga warga sudah tak ragu untuk memberikan sumbangan.
Sekitar pukul 11.00 kami selesai melakukan bakti social dan kita pun langsung menuju panti asuhan yang biasa didatangi oleh mereka. RUMAH CINTA tulisan itu Nampak jelas digerbang masuk panti. Dari namanya sudah bisa dibayangkan jika panti ini penuh dengan cinta dan kasih sayang, dan benar sekali keadaan didalamnya memang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang dari seorang perempuan baik hati dan dengan kesabarannya sehingga menumbuhkan anak- anak yang baik di panti asuhan ini. Dia adalah ibu rosalia sofia yang kerap dipanggil ibu Sofi sebagai pengurus panti “ bu sofi, ini ada sedikit uang mungkin bisa sedikit meringankan beban panti ini bu” ucap fery sopan
“ terimakasih nak, uang ini ibu terima. Semoga kebaikan kalian di balas oleh Tuhan”
“ amin bu” ucap kami serempak
Setelah itupun kami bermain bersama anak- anak mereka terlihat akrab dengan fery dan teman- temannya. Ya mungkin karena fery dan temannya sudah sering ke panti ini. Melihat anak- anak itu bermain aku jadi teringat masa kecilku dulu, masa kecil yang menyenangkan, masa kecil yang aku rindukan. Di mana aku, mama dan papa bisa menghabiskan waktu bersama. Kita jalan- jalan, bermain- main di taman, dan membeli es krim kesukaanku. Tapi sekarang? Semuanya sudah berubah aku hanya seorang remajalabil yang melampiaskan kemarahan akibat keretakan keluarga. Tak terasa air mataku mulai meleleh dan mmbasahi pipi, aku sangat menyesali sikap ku selama ini kepada mama dan papa.
“nok- nok” tegur ibu sofi, kontan saja itu membuyarkan lamunan ku. “ iya bu” jawab ku sembari mengusap air mata di pipi
“ kenapa kamu menangis nak, apakah kamu sedang ada masalah, cerita pada ibu nak, siapa tahu ibu bisa membantu” Tanya ibu sofi dengan lembut
“ saya menyesal bu”
“menyesali apa nak”
“ saya menyesali sikap saya selama ini, sikap saya kepada orang tua saya bu, saya semata- mata hanya melampiaskan kemarahan dan kekecewaan saya bu karena setahun silam orang tua saya pernah berpisah, walaupun kini mereka sudah kembali bersatu, tapi rasanya kecewa itu masih ada bu, itu yang membuat saya menjadi urakan, sering pulang malam dan tak mendengarkan nasehat orang tua saya bud an saya menyesal” ucap ku sambil menangis
“ yang sudah berlalu lupakanlah nak, minta maaflah kepada orang tuamu, jangan diulangi kebiasaan buruk mu, orang tuamu pasti memaafkannya nak. Percayalah nak” ucap ibu sofi sambil memelukku. Hangat pelukan seorang ibu yang sudah lama tidak aku rasakan mama dan papa maafin Ghaida.
Haripun semakin sore kami pun berpamitan dengan anak- anak dan ibu sofi
“ bu kita pamit ya udah sore” ucap fery
“ iya nak, terimakasih ya buat semuanya, hati- hati di jalan” ucap ibu sofi
“ iya bu” ucap kami serempak
Diperjalanan pulang kita melihat ada yang sedang dirampok.
“ eh fer kayaknya gue kenal deh sama orang yang di rampok itu” ucap ku
“ yang bener lo da” tegas fery
“ iya bener loh, itukan mama papa gue” ucapku panik
Feri dan teman- temannya langsung berlari menuju tempat mama dan papa. Dan mereka berhasil mengalahkan perampok tersebut, Cerpen tentang Keluarga, Rumah Cinta.
“ ibu dan bapak tidak kenapa- kenapa kan?” Tanya feri
“ enggak kok nak” ucap papa
“ terimakasih banyak ya nak” ucap mama
“ feri dan teman- temannya baik kan ma. Gak semua orang yang bertatto jahat kan ma?” ucapku sambil meledek
“ iya iya terimakasih banyak ya nak, gak tau nama kalian semua, maaf juga ya ibu sudah berfikir yang tidak- tidak dan menganggap kalian semua” kata mama
“ gak papa kok bu, kita sudah sering di judje negatif, tapi ya sudah konsekuensi yang harus kita terima, karena tattoo dibadan kami” kata salah seorang teman fery
“ ma, pa maafin Ghaida ya, Ghaida nyesel selama ini sudah bersikap seperti itu pada mama dan papa. "Maafin Ghaida ya” ucap ku sambil menangis.
“ udah dimaafin kok nak, jangan diulangi lagi ya mama dan papa itu sangat menyayangi mu, maafin mama dan papa juga ya nak karena kurang memperhatikanmu” ucap mama dan kami bertiga pun berpelukan
“ udah dimaafin kok nak, jangan diulangi lagi ya mama dan papa itu sangat menyayangi mu, maafin mama dan papa juga ya nak karena kurang memperhatikanmu” ucap mama dan kami bertiga pun berpelukan
RUMAH CINTA rumah yang membawa cinta dan kasih sayang, rumah yang telah menyadarkan ku tentang kesalahan ku dan betapa berartinya kasih sayang orang tua. Rumah yang bisa menampilkan sisi lain dari fery dan teman- temannya, rumah cinta ya benar memang banyak cinta didalamnya.
--- Tamat ---