Sunday, April 25, 2021

Hikayat Keris Gandring, Mengulas Sejarah Cerita dan Pesan Moral

Cerita hikayat keris Gandring, mengulas sejarah dan pesan moral. Cerita hikayat keris gandring, ada yang sudah pernah dengar cerita tersebut? Sudah pernah baca contoh hikayat empu gandring ini? Sebelumnya kita juga telah membahas beberapa cerita hikayat dalam kumpulan contoh hikayat terkenal dan sekarang kita akan mencoba membahas satu cerita berjudul keris gandring.

Hikayat Keris Gandring, Mengulas Sejarah Cerita dan Pesan Moral

Tujuannya yaitu agar pembahasan mengenai cerita hikayat ini lebih lengkap dengan contoh yang memadai. Dengan semakin banyak contoh yang dibahas maka referensi bahan bacaan kita bisa lebih lengkap lagi.

Selain itu, dari cerita-cerita seperti ini kita juga bisa belajar banyak hal. Kita bisa mempelajari nilai moral yang ada didalam cerita.

Kita juga bisa belajar mengenai unsur kebahasaan yang digunakan dan lain sebagainya. Ingin ikutan menikmati kisah tersebut?

Agar tidak terlalu panjang kita hanya akan memberikan sedikit cuplikan dari hikayat yang kita bahas kali ini. Nanti rekan semua bisa mendapatkan kisah selengkapnya dibagian bawah. Nah, berikut cuplikan cerita dari hikayat keris gandring dan terbunuhnya tunggul ametung tersebut!

Hikayat Keris Gandring
Contoh Cerita Hikayat

Malam suram, tiada hadir secerca bintang pun wajah molek bulan. Ken Angrok dengan tubuh kesatria menunggangi kuda hitam, menembus alam tanpa bayangan. Menderu terjang tiada keraguan, seringkikan binatang. Menakut-nakuti kawanan srigala yang biasa bertengger di bukit kapur tua.

Hanya dedaun buta saksi geraknya. Dan angin dingin senafasan tersengal nafsu Angrok. Lewat sentakan kencang, menghabiskan malam panggang tanpa percakapan di tengah perjalanan. Bathin menggerutu nalarnya mendidih. Menguap sekabut pegunungan merapi yang mengepul seasap tobong terbakar.

Sampailah di jalanan pesisir lautan diam, batuan karang terinjak bersimpan dendam. Langkahnya terus maju menerjang, hadirkan nasibnya demi dapati ketentuan. Betapa darahnya bergolak serupa pemuda lajang tercuri hatinya, ditawan bingkai kalbu seorang wanita. Ia masih dihantui wajah cantik yang telah diperistri takdir jahannam.

Telah jauh dari tapal batas kota, pula tinggalkan bencah pasir memasuki gapura dusun. Teramat sunyi, darahnya tambah naik melampaui batas kerinduan sepi.

Yang beterbangan setarikan awan-gemawan dijelmakan hujan amarah. Ia hentikan langkah kudanya di depan pendapa Empu Gandring. Sedang rumput-rumput bunga mengitari, awalnya penuh damai.

Tersentak kedatangan sang penakluk. Dengan kaki tegap turun dari kuda tanpa sungkan membuang segan, Angrok menghadap Pu Gandring. Sang Empu sudah tahu gelagat alam kurang sedap. Yang dikabarkan kembang prabusetmata atas sederet alisnya, seperti kumis kucing mengincar mangsa.

Ki Empu mencium musibah kan menimpa, pada dirinya juga pemuda tanggung yang datang tanpa sungkem.

Tapi benarkah demikian? Mari diteruskan mengikuti rekamanku kala terjaga. Ini sentakan telak menyadarkan. Bukan alur juntrung menghempas, tapi hakikat hikayat melampaui logika penembusan sejarah. Tanpa kesopanan Angrok berucap:

Buatkan aku sebilah keris terbaik kesaktiannya. Carikan batu granit demi mutu tempaan dalam, sebelum besi baja kau semat dikulitnya. Ciptakan luk tujuh, itu bilangan hari kisah kejayaan dunia. Gagangnya carikan kayu cendana yang tumbuh di tengah malam purnama. Jangan lupa rendam dengan kembang tujuh rupa, disamping taburan garam dari samudera Hindia.

Aku berharap keris tersebut tiada menandingi, setiap orang melihatnya terkesima hingga kaki-kakinya membatu setelah kesemutan. Perhatikan juga jangan lama. Setengah tahun cukup kukira. Rampung tidak aku kemari mengambilnya. Jikalau tak menurut, tentu sudah hafal siapa diriku, dan yang akan kuperbuat demi kemanusiaan kelak. Maka persiapkan keharusanmu, sebelum kunamai pengecut yang mempecundangi bakat luhur abadi.

Ki Empu minta tambahan waktu. Sebab dengan masa sesingkat itu, sebilah keris ampuh belumlah utuh. Namun perbincangan bertelingakan satu. Angrok tetap bersikeras ditepati. Dialog tidak imbang, mencederai telinga pun menjulingkan mata. 

Takdir berubah cepat. Angrok tinggalkan perkara tidak mudah bagi Empu juga dirinya. Yang teridam hanyalah dendam merebut Ken Dedes ke dalam pelukan.

---Bersambung---

Untuk rekan pelajar yang membutuhkan hikayat yang Tusek maksud diatas, rekan pelajar dapat mempelajarinya dirumah atau mungkin membacanya langsung melalui ruangan yang telah disediakan. Silahkan baca dan kenali hikayat ini melalui link berikut.

Cerita Hikayat Keris Gandring

Saya yakin dengan membaca banyak cerita hikayat seperti ini atau contoh hikayat yang lain rekan pelajar akan lebih mudah dalam memahami topik bahasan tentang hikayat. Jangan lupa jika rekan merasa perlu silahkan berlangganan pembaruan tugas dari Kumpulan Tugas Sekolahku. Untuk kisah lainnya silahkan langsung dilihat dibagian bawah.

Hikayat Keris Gandring, Mengulas Sejarah Cerita dan Pesan Moral Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Pusta Swara