Contoh Cerpen Horor tentang Hantu - Tawa yang begitu ceria mewarnai perjalanan kami bertiga. Tak
lupa sebuah musik juga turut memeriahkan perjalanan kami yang jauh ini.
Sedangkan lalu lintas yang begitu lancar membuat mobil kami melaju dengan
cepat. Kami semua hendak pergi liburan.
Jalan halus sudah habis, kini tinggal mobil kami melintasi
jalan yang sepi dan jauh dari penghuni. Temanku yang menyetir mematikan musik
dan berjalan dengan begitu tenang.
“Jalannya kok sepi sekali Dang”, ungkap temanku. “Iya ini
jalan satu-satunya untuk bisa sampai di tempat tujuan”, uangakpnya sambil
menyetir. Sepanjang jalanan aku melihat pohon-pohon besar yang menjulan dan tidak
ada satupun rumah yang berdiri di sini.
Sementara itu tak jauh dari tempat tersebut aku melihat
perkebunan warga yang menhampar luas. Dan sebuah rumah tua yang tidak ada
penghuninya. Kami berjalan terus dan dengan santai. Hingga akhirnya mobil kami
mendadak berhenti. “Kenapa Dang”, ungkapku.
“Enggak tau Fer, coba tolong lihat bannya”, ungkap Dadang.
Aku turun dari mobil dan meilhat bannya. Aku melihat satu-persatu bannnya.
Ternyata ban depan bocor, aku berkata,”Bannya bocor Dang”.
“Aduh, enggak bawa ban serep lagi”, ungkap Dadang dengan
begitu kecewanya.
“Terus bagaimana Dang..?”, ungkapku dan kedua temanku.
“Terpaksa kita bermalam di sini”, ungkap Dadang.
“Itu di sana ada rumah, bagaimana kalau kita bermalam di
rumah tersebut”, ungkap Rijal salah satu temanku. “Boleh, bawa karpetnya buat
kita tidur”.
Kami berjalan menuju rumah kosong tersebut. Terlihat begitu
menyeramkan rumah tersebut karena tanpa sebuah penerangan dan rumput liar yang
sudah banyak tumbuh di halamannya. Kami membuka pintu rumah tersebut dan masuk.
Kami membersihkannya terlebih dahulu setelah itu karpet di pasang dan siap
untuk tidur.
Kami membuaka karpetnya dan kemudian menatanya dengan begitu
rapih. Setelah itu kami mulai membaringkan badan kami dengan begitu nikmat.
Ketika hendak tertidur pintu yang tanpa sebab tertutup dengan sendirinya dan
membuat kami kaget.
Kami membuka pintu tersebut namun pintu tersebut tidak bisa
di buka. “Aduh bagaimana kita ini”, ungkapku kepada teman-temanku. “Aku enggak
tau, sudah tenang saja, kita istirahat saja dulu baru besok kita pikirkan
caranya”, ungkap Dadang.
Kami berbaring lagi meski dengan sedikit ketakutan. Aku
mencoba tertidur dan tak lama kemudian ada suara tepuk tangan dari luar. Suara
tersebut begitu bergemuruh dan layaknya begitu banyak orang yang ada di luar.
Aku dan temanku berdiri dan berjalan mengintip dari jendela.
Tetapi suara tepuk tangan berhenti dan tidak ada sesorang satupun. Aku
berbaring lagi di samping teman-temanku. Aku mulai memejamkan mata. Tak lama
kemudian ada suara anak kecil sedang bermain di halaman depan.
Dengan rasa penasaran yang begitu mendalam aku
berkata,”Kalian dengar tidak ada suara anak kecil sedang bermain di luar”. “Iya
si kami dengar, tetapi siapa gerangan yang main jam segini”, ungkap mereka.
Aku berdiri lagi dan mencoba melihatnya dari jendela.
Setelah aku melihat dari jendela ternyata tidak ada apa-apa.
“Sepertinya tempat ini memang berhantu, masa 2 kali aku di
kerjain”, ungkapku dan kembali berbaring. “Ya sudah lah, biarkan saja tidur aja
lagi”. ungkap dadang.
kami memejamkan mata lagi meskipun belum ngantuk. Tak lama
kemudian semua temanku tertidur, sementara aku belum bisa tidur sendiri. Aku
terus memikirkan tentang kejadian yang tadi aku alami, sambil melihat genting
rumah tersebut.
“Tol.. tol.. tolong..!”, ungkapku melihat kepala tanpa badan
yang begitu meenyeramkan berada di atas genting.
Dia tertawa dengan begitu mengerikannya dan berulang kali
menunjukan mukanya yang sangat mengerikan. Muka tersebut tanpa tubuh hanya
kepala dan sebuah bagian jeroan.
“Bangun..!”, ungkapku sambil menggoyang-goyang teman-temanku
yang sedang asyik tetidur. Tak lama kemudian temanku terbangun. Aku menutup
mukaku dengan posisi sujud karena tidak kuasa melihat sosok yang begitu
menyeramkan.
“Ada apa..?”, ungakap teman-temanku.
“Itu di atas ada kepala berjalan”, ungkapku dengan begitu
ketakutannya.
“Mana tidak ada”, ungkap Dadang.
Dengan takutnya aku mengankat kembali kepalaku dan melihat
ke atas. Ternyata memang mahluk tersebut sudah pergi. Namun tetap saja keberadaan
mahluk tersebut membuatku takut berada di tempat ini.
“Dor”, suara pintu yang tiba-tiba membuka sendiri dan
membuat kami kaget.
“Kayaknya mending kita keluar dan tidur di mobil deh”,
ungkapku kepada temanku.
“Iya ayok”, ungkap teman-temanku.
Kami membawa semua peralatan kami dan hendak keluar dari
ruamha ini. Ketika hendak keluar tiba-tiba pintu tertutup sendiri. Kami mencoba
membukanya tetapi tidak bisa, pintu ini
seperti terkunci dari luar. Hal ini menambah kepanikan kami yang ada di
rumah ini. “Ampun, tolong jangan ganggu kami”, ungkap kami secara
bersama.
Hingga tak lama kemudian ada suara orang tertawa dengan
begitu mengerikan. Suara tersebut membuat bulu kuduk kami berdiri dan kemudian
berteriak dengan sekencang-kencangnya. Kami terus mencoba membuka pintu ini
dengan segenap tenaga yang kami punya. Tetapi pintu tidak juga bisa di buka.
Sementara itu kami sudah di hantui dengan suara yang sangat mengerikan yang ada
di rumah tersebut.
Hingga akhirnya kami semua syok dan pingsan ketika tidak kuasa
menghadapi ini semua. kami terbangun ketika hari sudah siang. Dan ajaib pintu
ini terbuka sendiri, aku dan teman-temanku bejalan menuju mobil. Dengan bantuan
warga kami mendapat petunjuk tambal ban terdekat. kami memperbaik ban kami dan
setelah itu melanjutkan perjalana kami.
Pengalaman yang begitu mengerikan bisa tidur di rumah yang
berhantu tersebut. Aku tidak mau lagi tidur di rumah tersebut. Dan hari ini
bagaiman caranya aku harus bisa sampai tujuan dan akan kupastikan mobil ini
tidak akan mengalami masalah lagi. Agar pengalaman tidur di rumah berhantu
tidak terluang kembali.
Kami melanjutkan perjalanan kami dengan sisa waktu yang kami
punya. Dengan begitu tergesa-saganya kami mengendarai mobil dan berharap bisa
sampai sebelum malam datang. Hingga akhirnya sampailah kami di jalan yang halus
lagi. Kini hati kami tenang karena tidak melewati jalan yang mengerikan lagi.
“Ini baru jalan”, ungkapku kepada temanku.
“Emang yang tadi bukan jalan”, ungkap Dadang.
“Bukan itu si jalannya jin dan setan, jelek, sepi, serem
lagi”, ungkapku.
“Hahahah”, tertawa.
Dadang menambah kecepan mobil yang kami naiki, sehingga
tampak perut kami seperti tertinggal ketika di tanjakan dan turunan. “Pakai
sabuk pengamannya ya”, ungkap Dadang dan terus memutar setir ke kanan dan ke
kiri.
Sementara itu kami dengan sigapnya langsung memakai sabuk
pengaman kami. Kini kami siap untuk sampai tujuan sebelum malam datang.
Tak lama kemudian kami melintasi jalanan yang bagus dan
menanjak serta berkelok-kelok. Meski sedikit menyeramkan tetapi pemandangan di
sini begitu indah. Banyak sekali pepohonan yang menjulang tinggi dan sangat
hijau. Pemandangan ini seoalah menjadi pengobat nasib apes kami yang kami alami
di rumah hatu.
--- oOo ---