Contoh Cerpen Horor tentang Pocong - Malam begitu dingin, sementara itu aku sedang duduk di depan
rumah sambil memikirkan kekasihku. Begitu gelap suasana tidak ada bulan yang
menyinari. Sementara bintangpun tidak jua datang untuk menghiburku yang sedang
sendiri. Segelas kopi inilah yang menemaniku hingga selarut ini di pohon yang
rindang di depan rumahku.
Tak lama kemudian ayah dan ibuku datang dan menghampiriku di
tempat duduku. Dia ikut duduk denganku dengan membawa gelas yang berisi kopi.
Kami minum kopi bersama, dan kini suasana lebih hangat di banding dengan tadi
ketika aku sedang termenung sendiri. Kini sedikit ada sebuah keceriaan di
banding ketika aku sendiri tanpa seorangpun yang duduk di sampingku.
“Kamu mikirin apa si Rob..?”, ungkap ibuku sambil melihatku
dan memegang gelas.
“Aku sedang memekirkan kekasihku ma”, ungkapku kepada ibuku.
“Temuilah kenapa diam di sini saja”, ungkap ibuku.
“Iya ini sudah malam ma, masa aku ke sana sekarang,
bisa-bisa aku di sangka maling ma”, ungkapku sambil sedikit bercanda. “Hehehe”,
ibuku tertawa ketika melihatku berkata demikian.
“Malam semakin larut tapi kehangatan keceriaan keluarga kami
terus menyelimuti kami. Begitu indah malam ini bisa bercanda tawa dengan
keluargaku, meskipun didalam hati aku merindudukan kekasihku. Aku duduk sambil
mengangkat kakiku ke atas kursi. Kakiku sedikit pegal ketika duduk kaki berada
di bawah.
Sementara itu ayah dan ibuku sedang melihta malam yang
begitu gelap tanpa bulan dan bintang ini. Ibuku melihatku yang seang menaikan
kaki ke atas kursi dan berkata,”Ke dalam yuk, ini sudah malam”, ungkap ibuku. “Ayok”,
ungkapku dan ayahku.
Aku mulai berdiri dan bergegas untuk masuk ke rumah. Kami
berjalan dengan begitu santai dengan keluargaku. Tidak tahu mengapa bulu
kududkku tiba-tiba merinding seperti ada yang meniup, aku sedikit mempercepat
langkahku dan menghampiri ayah dan ibuku yang lebih dulu di depan.
“Kamu kenap Robi lari-lari gitu “, ungkap ayahku melihatku
begitu panik.
“Enggak tau yah tiba-tiba bulu kuduku merinding”, ungkapku
berjalan di depan ayahku.
“Emang ada apa..?, enggak ada apa-apa kok”, ungkap ayahku
samabil melihat kebelakang.
“Iya aku juga enggak tau kenapa, mungkin karena malam
kali ya”, ungkapku.
“Iya, ya sudah kamu cepat masuk abis itu tidur, jangan lupa
untuk beroda”, ungkap ayahku.
Aku masuk rumah dan
begegegas untuk pergi ke kamar. Aku langsung tidur dengan begitu gelisah dan
badan yang dingin. Aku tidak tahu kenapa badan dan perasaanku bisa segelisah
ini. Aku tidur dengan begitu terus gelisah, dan mencoba memjamkan mata.
Semnetara itu aku terus terfikirkan
ketika aku di luar, yang tiba-tiba buluku merinding, siapakah-kira-kira ungkap
hati yang bertanya.
Angin kini berhembus
kencang dan meniup kordenku, smentara itu aku bertambah panik, karena tadi
tidak ada angin kenapa sekarnag ada angin. Aku berdiri sejenak dan menutup
jendelaku. Sebelum menutup jendela aku melihat ke luar dan kurasakan tidak
angin sama sekali. “Kenapa bisa begini ya”, ungkapku dalam hati kecil.
Aku menutupnya dan kembali ke kasur. Aku menarik selimutku
dan menutupi tubuhku serta kepalaku. Aku tidur dengan terbungkus selimut yang
tebal dan memulai mencoba memejamkan mata. Ketika angan sudah mulai memasuki
mimpi dan pikiran dunia mimpi sudah tergambar, dan pocong jelek menakudkan
muncul di alam fikiranku.
Wajahnya begitu mengerikan, penuh darah dan nanah, sedang
matanya bercahaya merah. Aku langsung berteriak dengan begitu kencangnya, karna
tak kuasa melihat sosok yang mengerikan di dalam fiiranku. Aku masih tidak tahu
mengapa bayangan sosok mengerikan hadir di dalam pikiranku. Aku menenangkan
diriku kembali dan tidur dengan begitu tenangnnya.
Suara lonceng berbunyi menandakan jam 00:00, sementara itu
aku belum bisa tidur. Aku masih dengan posisiku berbaring di kamar namun belum
bisa tidur. Tidak ada angin maupun hujan, jendelaku tiba-tiba berbunyi, seperti
ada yang mencakar, dan suaranya sangat menyakiti pikiran dan hati. Sementara
itu aku tambah ketakutan dan seolah enggan melihat apa yang terjadi di jendela
tersebut.
Namun suara dari jendela begitu keras dan semakin keras.
Dengan begitu kerakutannya aku menghampirinya dan mencoba melihaynya. Aku
membuka kordennya dan aku lihat tidak ada apa-apa. Aku membuka jendelanya dan
ternyata tidak ada apa-apa, mungkin ini halusinasiku ungkap hati kecilku. “Tolong..!,
setan”, teriak ibuku dari dalam kamarnya tiba-tiba.
Aku langsung berlari dan membuka pintu serta menghampiri
kamar ibuku. Aku mengetuk pintu ibuku
dan berkata,”Ada apa ma..?”. Ungkapku dan langsung membuka pintu kamar
ibuku. Aku melihat ibuku sudah bersembunyi di balik tebalnya selimut, sementara
itu aku tidak melihat ayahku. “Ada apa ma”, ungkapku sambil membuka selimut
yang menutupi ibuku”.
“Ada pocong nak, di kamar mama”, ungkap ibuku.
“Mana..?”, ungkapku.
“Tadi di sini”, duduk dengan begitu ketakutannya.
“Sudah tidak ada apa-apa”, ungkapku sambil menenangkannya.
“Ibu takut nak, mama takut”, ungkap ibuku sambil memeluku.
“Ayah kemana..?”.
“Tadi lagi ke toilet, tapi belum kembali juga, tau mau
seperti ini mending mama ikut ke toilet”, ungkap ibuku.
“Sudah tenang tidak ada
apa-apa kok”, ungkapku sambil terus menenangkannya. Tak lama kemduian
ayahku masuk ke kamar ibuku dan berkata,”ada apa ini..?”. “Mama lihat pocong pa
di sini”, ungkap ibku.
“Mana enggak ada ah, mungkin mama salah lihat kali”, ungkap
ayahku berdiri sambil melihat kami yang sedang duduk di kasur. “Iya tadi ada
yah”, ungap ibuku.
“Ya sudah sekarang enggak bakal ada lagi itu pocong, kan ada
ayah yang neglindungi mama”, ungkap ayahku duduk di samping ibuku. “Sudah ya,
aku mau ke kamar mau tidur hari sudah malam”, ungkapku dan berjalan ke arah
luar.
Aku berjalan dengan begitu santainya menuju ke kamarku.
Sementara itu aku mulai membuka pintunya dan aneh bin ajaib, mengaa lampu mati,
sedang ketika aku pergi lampu dalam keadaan hidup. Aku berjalan masuk dan
mencoba menghidupkan lampu. Aku berjalan dengan mata tanpa penerangan, hinggaa
kau sedikit berhat-hati dalam berjalan. Aku berjalan terus menggunakan
instingku yang kuat.
Aku menghidupkan lampunya, dan setelah ku hidupkan lampunya
mati lagi. Aku memencet lagi saklarnya dan hidup lagi sebentar, setelah itu
mati lagi. Aku memencet lagi dan kurasakan begitu dingin leher belakangku, bulu
kuduk juga ikut berdiri gara-gara hal tersebut.
Aku menghadap ke belakang dan melihat sosok pocong yang
sangat mengerikan. Matanya berlelehkan nanah yang begitu amis sedang mulutnya
sudah busuk dan mukany semuanya di penuhi dengan nanah dan darah yang begitu
sangat menjijihkan. Aku tidak bisa berkata-kata melihat mahluk tersebut dan
secara otomatis diam. Hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri karena tidak
kuasa melihat pocong.
--- oOo ---