Cerpen Horor tentang Hantu di Sekolah - Hari ini adalah hari pertama proses belajar di sekolah SMA
ini di mulai, setelah 30 tahun lebih sekolah ini di tutup. Alhamduliillah
jumlah murid yang masuk juga banyak dan yang mengajar juga guru-guru
berkualitas. Tentunya membuatku semakin bersemangat untuk menuntut ilmu di
sini.
Aku memang salah satu murid di sekolah ini dari jumlah murid
yang berjumlah 50 orang.
Suatu kebanggaan tentunya karena masih baru tetapi sudah
memiliki siswa yang cukup banyak. Aku harap sekolahan ini bisa lebih ramai dan
banyak peminatnya. Sehingga sekolahan ini bisa jaya dan bisa berkembang seperti
layaknya dulu sebelum sekolahan ini di tutup.
Namun masih menyimpan misteri mengapa sekolahan ini di
tutup. Dari rumor yang beredar sekolahan ini di tutup karena dahulu sekolahan
ini sangat angker, dan tak jarang setan-setan di sini menyakiti siswa yang
sedang belajar.
Namun ada juga yang berpendapat, karena sudah tidak ada lagi
yang berminat di sekolahan ini, sehingga sekolahan ini tidak mendapatkan
seorang siswa dan akhirnya tutup. Aku sendiri tidak tahu yang mana yang benar,
tetapi bagaimana cerita sekolah ini, yang pasti aku tidak mau tahu tentang
mengapa sekolah ini di tutup, karena tujuanku di sini hanyalah bersekolah dan
mendapatkan prestasi yang bagus.
Bel sudah di bunyikan dan tanda menunjukan untuk masuk ke
kelas. Aku dan kawan-kawanku segera masuk kelas dengan begitu tertib. Meski
belum memiliki kakak kelas maupun adik kelas, tetapi proses belajar di pisah
sehingga kuota murid dalam satu kelas tidak terlalu banyak. Dengan demikian
terlitah dan terasa mempunyai adik kelas dan kakak kelas.
Pak guru masuk ke kelasku dan bersiap sekali untuk segera
memulai pelajaran.
“Pagi anak-anak”, ungkap pak guru.
“Pagi pak”, ungkap kami semua.
“Hari ini kita belajar Bahasa Indonesia”, ungkap pak guru.
Pak guru berdiri dan menuliskan materi yang akan di
sampaikan kepada murid. Sementara murid menyimak dan memperhatikan dengan
begitu baik. Usai menulis pak guru menghadap ke arah kami dan mecoba
menerangakn apa yang di tulisnya.
Terlihat, meski berlajar dengan sebuah keterbatasan gedung
dan sekolahan, karena memang gedung ini adalah gedang tua dengan cat yang sudah
pudar, tetapi antusias para murid begitu tinggi. Bahkan mereka tidak hanya
mendengarkan saja, mereka juga turut berdiskusi langsung dengan gurunya tentang
unek-unek yang ada dipikirannya.
Ketika sedang asyik mendengarkan teman dan guruku yang
sedang berdiskusi tiba-tiba perutku sedikit sakit dan ingin sekali membuang
air. Aku mengankat tanganku dan menghadap ke arah pak guru.
“Iya Indra mau tanya apa..?”, ungkap pak guru.
“Saya enggak tanya pak, saya mu ijin ke toilet, sebentar”,
ungkapku dengan menahan.
Semua murid tertawa sementara pak guru hanya tersenyum dan
menganggukan kepala dan berkata,”Iya silahkan Indra”, ungkap pak guru. Aku
langsung berdiri dan berlari menuju toilet yang berada di belakang sekolah.
Toiletnya begitu sepi dan sedikit gelap, di samping itu tempanya juga sudah di
penuhi dengan sarang laba-laba. Aku memberishkannya untuku bisa berjalan.
Aku masuk ke toilet dan membuang air dan terasa begitu lega.
Tetapi suasana di toilet ini begitu menyeramkan dan aku mendengar suara anak
kecil yang sedang menangis. Aku yang sedang buang air kecil sontak terkejut
dengan kehadiran suara tersebut. Suara tersebut berasal dari luar toilet dan
begitu jelas terdengar.
Karena merasa penasaran, aku berkata,”Hey siapa di luar”,
ungkapku dengan begitu penasara. Namun anak kecil tersebut tidak menjawab
apa-apa dan terus menangis. Aku berkata lagi,”Siapa di luar, jangan
bercandalah”, ungakpku dengan berteriak. Tetapi tidak juga mendapat jawabannya,
hanya suara tangis yang menjadi jawabannyanya.
Untuk yang ketiga kalinya aku berkata lagi,”Siapa itu, enggak
usah main-main sama saya”, ungkapku dengan begitu marahnya. Tetapi tidak jua
mendapatkan jawabanya. Usai selesai membuang air aku keluar dan mencari
keberadaan suara tangis tersebut. Aku terkejut karena tidak ada siapa-siapa
yang menangis di luar, sedang ketika aku di dalam toilet, suara tersebut jelas
terlihat seperti ada di luar.
“Terus siapa dong yang menangis”, ungkapku dengan begitu
ketakutannya. Aku berlari karena merasa begitu takut dengan suara misterius
tersebut. Hingga sampailah aku di kelas dan masuk.
“Kamu kenapa lari-lari”, ungkap pak guru kepadaku.
“Aku mendengar orang senag menangis di toilet pak”, ungkapku
dengan begitu tergesa-gesanya.
“ Siapa yang menangis..?”, ungakp pak guru.
“Aku juga tidak tahu pak, ketika aku di dalam toilet, suara
itu terdengar begitu jelas dan arahnya seperti dari luar, sedangkan ketika aku
membuka pintu dan keluar suara tersebut
hilang dan tidak ada apa-apa”, ungkapku.
“Mungkin halusianasi kamu saja kali”, ungkap pak guru tidak
percaya dnegan apa yang aku ucapkan kepadanya.
“Tidak pak ini nyata aku tidak sedang berhlusinasi”,
ungkapku menyakinkan.
“Ya sudah sekarang kamu duduk, entar kita cari tahu dari
mana suara itu”, ungkap pak guru.
Aku duduk kembali di tempat dudukku, dengan hati yang terus
bertanya-tanya. Apakah benar sekolah ini tutup karena berhantu, ungkap hati
kecil bertanya. Aku kembali mengikuti pelajaran yang di sampaikan oleh pak
guru. Tak lama kemudian Rani temanku ingin pergi ke toilet dan dia meminta ijin
kepada guru. Seolah tidak percaya dnegan apa yang aku katakan, Rani dnegan
begitu beraninya pergi ke toilet sendirian.
Sementara itu kami para murid melanjutkan lagi memperhatikan
materi yang di sampaikan oleh bapak guru. Cukup lama Rani pergi ke toilet
hingga membuat hati kami bertanya tanya dimana dia gerangan, dan mengapa tidak
pula kembali.
“Sudah setengah jam Rani pergi tapi belum juga kembal”,
ungkap pak guru.
“Iya ini pak”, ungkap kami bersama.
“Coba perwakilan 2 orang menyusul Rani siapa tahu ada
apa-apa dengan Rani”, ungkap pak guru menyuruh perwakilan dari kami menyusul
Rani.
Aku dan ketua kelas berdiri dan hendak menghampiri Rani.
Dengan jalan yang sedikit cepat kami menuju toilet. Sesampainya kami di toilet
kami di kagetkan dengan keadaan Rani yang sudah tergeletak di luar toilet. Dia
pingsan dan terbaring dengan begitu leluasanya. Aku mencoba membangunkannya
tetapi tidak juga bangun.
Aku dan ketua kelas mengangkatnya dan membawanya ke kelas
untuk meminta pertolongan kepada pak guru. Aku membawa Rani masuk ke kelas dan
meletakannya di karpet yang sudah di gelar. Pak guru mengipasinya dan
memberikan minyak angin ke hidungnya agar cepat sadar. Tak lama kemudian Rani
sadar dengan sedikit kebingungan dan ketakutan.
“Kenapa kamu bisa pingsan”, ungkap pak guru menanyanya. “Aku
melihat perempuan berbaju putih dengan
rambut panjang berjalan di depanku, dan aku tidak kuasa melihat wajahnya yang
menyeramkan. Dan setelah itu aku pingsan dan tidak tahu apa yang selanjutnya
terjadi kepadku”, ungkap Rani. “Benar kan toiletnya berhantu”, ungkapku berkata
kepada semuanya yang ada di ruangan tersebut.
--- oOo ---