Cerpen tentang Diganggu Hantu - Sebentar lagi aku akan mendapatkan hidup baru dan pengalaman
baru, karena aku baru saja mendapatkan pekerjaan menjadi seorang asisiten rumah
tangga di Jakarta. Aku begitu bahagia malam ini, hingga aku tidak sabar
menunggu datangnya pagi dan majikanku menjemputku di sini. Hari sudah malam
tapi aku belum juga bisa tidur, aku begitu bahagia karena aku sudah mendapatkan
pekerjaan.
Sementara itu temanku yang berada di sampingku sempat
bingung karena melihatku tidak juga tidur. Dia bangun dan berkata,”Kenapa belum
tidur Sri”, ungkap temanku terbangun. Aku melihatnya dan tersenyum sambil
berkata,”Aku begitu bahagia aku sudah dapat pekerjaan”.
“Iya sih, yang sudah dapat pekerjaan, tapi kamu juga harus
tahu kamu harus siapkan tenaga kamu untuk besok, jangan sampai hari pertama
kamu sudah mengecewakan majikan kamu, tidurlah”, ungkap temanku. “Iya- iya”,
ungakpku dan kemudian tidur. Aku berbaring di samping temanku yang mulai
memejamkan mata.
Kini malam ini adalah malam terhkhir aku berjumpa temanku
yang ada di penyaluran pembantu. Aku harap aku bisa tetap bertemu dengan mereka
semua, dan aku harap mereka tidak melupakanku. Aku memejamkan mata dan hingga
akhirnya lupa dengan apa yang aku alami.
Di pagi hari aku terbangun dengan begitu riangnya karena ini
adalah hari yang terindah dalam sejarah hidupku. Aku bisa mendapatkan
penghasilan dan bisa mengirim uang kepada ibuku yang ada di desa. Sementara itu
senyum menyambutku dari muka-muka sahabatku yang turut bahagia dengan apa yang
aku alami. Sungguh hidup yang indah mempunyai sahabat-sahabat yang baik hati
seperti mereka.
Aku pergi ke kamar mandi dan kemudian mandi dengan perasaan
yang begitu bahagia dan riang. Usai mandi aku menyisir rambutku dan kemudian
memakai baju yang rapih. Ketika sedang asyik di kamar ada yang memanggilku. “Sri
calon majikanmu sudah datang”, ungkap temanku kepadaku yang sedang duduk di
kamar.
Dengan begitu bahagianya aku membawa tasku dan semua
perlengkapanku. Aku berjalan dan menemui majikanku. Dengan tersenyum aku
menyalaminya, dengan ramahnya dia juga menyalamiku. Aku dan majikanku berjalan
keluar dan kemudian masuk mobil.
“Namanya siapa..?”, ungkap majikan perempuan.
“Sri nyonya”.
“Sri.. sekarang kamu yang ambil alih pekerjaan rumah tangga
saya, saya harap kamu bisa bekerja dengan baik, karena saya dan bapak jarang
sekali di rumah, hingga kami tidak sanggup bila harus di bebani dengan
pekerjaan rumah. Dengan adanya kamu di rumah saya, saya harap kamu bisa
menjalankan tugas dari saya dengan baik”,ungkap majikan perempuan, ketika di
perjalanan.
“Iya nyonya”, jawabku kepada nyonya.
“Sudah pernah kerja..?”, ungkap nyonya.
“Belum, saya baru lulus sekolah SMA, tapi masalah pekerjaan
rumah, nyonya tidak perlu khawatir, karena saya sudah terlatih dan terbiasa
dengan kerjaan tersebut. ketika saya di kampung semua pekerjaan rumah tangga
ibu saya, saya yang ambil alih”, ungkapku.
“Oke bagus, saya percaya dengan kamu, saya harap kamu bisa
jaga kepercayaan yang saya berikan”, ungkap nyonya. “Iya nyonya”, ungkapku.
Tak lama kemudian kami sampai di rumah, aku begitu takjub
melihat begitu besarnya rumah majikan baruku ini. Taman yang begitu luas, air
mancur yang begitu indah, dan bangunan rumah yang begitu tinggi dan mentereng,
di penuhi dengan kaca-kaca.
Aku dan majikanku keluar dari mobil dan segera masuk ke
dalam. Rumah ini memang bagus dan besar tetapi sedikit menyeramkan, aku tidak
tahu apa perasanku saja karena memang belum terbiasa atau memang karena
menyeramkan. Aku duduk di ruangan tamu dengan majikanku.
Aku di beri arahan dan tugas yang hendak aku jalankan.
Dengan begitu serius aku menyimak apa yang di sampaikan oleh majikanku. Setelah
memberi arahan, kedua majikanku pergi meninggalkanku di rumah. Mereka pergi
untuk bekerja kembali.
Aku meletakan tas ke kamar yang sudah di sedikan oleh
majjikanku. Meski tidak besar tetapi kamar ini cukuplah untukku melepas lelah dan
memulai mimpi. Aku mulai mengambil semua peralatan dan mulai mengepel lantai.
Aku mulai mengepel di ruangan belakang. Ketika aku diruangan belakang, mataku
terpikat dengan sebuah meja yang begitu antik yang ada di sampingku. Di lihat
dari ukiran dan kira-kira usianya si ini memang meja antik.
Meja tersebut tanpa telapak meja dan juga tanpa barang satupun yang ada di
atasnya. Aku memberi telapak dan sebuah vas bunga di atas meja tersebut agar
tampilan meja antik tersebut lebih menarik. Aku melanjutkan mengepel lagi dan
hingga tak lama kemuidan aku selesai. Aku berjalan ke ruang tamu untuk
membersihkan lantai yang ada di ruangan tamu.
Tidak berbeda dengan di ruangan belakang aku juga melihat
meja yang begitu antik yang berada di ruangan tamu. Di lihat dari ciri-cirinya
sepertinya usia meja ini sama dengan meja yang ku temukan di ruangan belakang.
Meja ini juga tanpa telapak maupun barang lain yang berada di atasnya.
“Tar....!”, suara benda jatuh berasal dari belakang. Aku
bergegas menuju ke belakang untuk segera melihatnya. Aku melihat vas dan
telapak yang aku pasang di meja kelasik tersebut sudah jatuh ke lantai. Aku
bingun mengapa bisa demikian padahal tidak ada siapa-siapa lagi di sini selain
aku. Sedikit janggal tetapi aku tidak memikirkan hal tersebut dan memasangkan
telapak mejanya kembali tetapi tanpa vas.
Setelah itu aku membersihkan pecahan vas dan membuangnya ke
kotak sampah. Setelah aku kembali ke ruangan belakang, telapak tersebut
terjatuh lagi, padahal tadi sudah aku pasang dengan begitu rapihya. Siapa
gerangan yang menjatuhkan ini ungkap hati yang bertanya-tanya. Aku mengambil
telapak tersebut dan memasangkannya lagi. Aku berjalan ke depan dan hendak
melanjutkan mengepel lantai depan.
Aku mulain mengepel dengan secara berurutan dari ujung tembok
sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan yang kebetulan menjadi tempat meja
kelasik tersebut di letakan. Dengan begitu gesitnya aku mengepel semua
permuakaan dari pada lantai. Hingga akhirnya aku sampai pada ujung tmbok
sebelah kanan. Aku mengepelnya di bagian ujung sebelah kanan hingga semuanya
sudah terbasahi dengan begitu baik.
Namun ada yang tertinggal menurutku dan belum terkena kain
basah pelku. Bagian kolong meja kelasik yang begitu besar ini. Dengan terpaksa
aku menunduk dan masuk ke dalam kolom untuk membersihkan kolom dengan kain
pelku. Dengan begitu telitinya aku membersihkan permukaan lantai yang ada di
dalam kolom.
Aku merasa ada sesuatu yang menyentuh leherku ketika aku
mengepel kolom tersebut. Terasa geli ketika terkena leher. Aku memegang sesuatu
tersebut dan melihatnya dan ternyata itu rambut. Dalam hati bertanya rambut
siapa…? Aku melihat ke atas, dan ternyata ada mahluk berambut dengan muka yang
menyeramkan. “Setan...!”, ungkapku dan keluar dari rumah.
--- oOo ---