Cerpen tentang Cerita Setan Mengerikan - Sore menjelang sementara aku sedang sibuk bersiap-siap untuk
pergi ke tempat temanku. Aku memasukkan buku dan segala peralatan belajar.
Karena di tempat teman itu kami akan mengerjakan tugas secara bersama. Tak lupa
kau mengecek kembali apa yang kiranya belum aku masukan ke dalam tasku ini.
Setelah semuanya di rasa sudah selesai di siapkan, aku mandi.
Usai mandi aku memakai bajuku kembali dan kemudian keluar.
Aku masuk ke kamar dan kemudian menyisir rambut hingga tampak begitu rapi dan
teratur. Setelah itu aku tak lupa menyemprotkan sedikit wewangian ke baju dan
tubuhku. Dan badan terasa segar dan harum.
Aku keluar dari kamar dan menemui ibuku yang ada di dapur.
“Ibu...!”, ungkapku sambil berjalan menuju dapur.
“Iya Nir”, ungkap ibuku yang sedang menggoreng ikan. “Aku
berangkat ke tempat temanku, dan aku akan menginap di sana”, ungkapku kepada
ibuku. “Loh ada acara apa di sana”, ungkap ibuku. “Kami mau mengerjakan tugas
bersama”, ungkapku kepada ibuku. “Ya sudah hati-hati ya”, ungkapnya.
Aku mencium tangan ibuku dan kemudain bergegas untuk pergi.
Aku menghidupkan motorku, setelah itu aku berjalan melintasi jalan raya.
Suasana jalan begitu ramai dan aku meningkatkan kewaspadaanku ketika di jalan
raya ini. Sebab bila kurang wasapada maka taruhannya adalah keselamatanku. Aku
beruntung karena meski jalan begitu ramai tetapi tidak macet, sehingga aku
tetap bisa melaju dengan tenang tanpa harus gelisah.
Setelah itu aku melewati jalan yang sedikit lebih jarang
pengendaranya. Dan aku meninkatkan kecepantanku lagi untuk bisa cepat sampai di
tempat tujuan. Motorku berasa terbang dan melaju begitu cepatnya. Aku begitu
menikmati ketika motorku melaju dengan begitu cepatnya. Aku mengurangi kecepaan
setelah aku melihat tikungan tajam di depan.
Aku mengurangi kecepatan dan hingga sampailah aku di tugu
selamat datang desa tempat temanku tinggal. Itu artinya aku sudah hampir
sampai. Namun harus dengan lebih sabar, karena jalan menuju rumahnya sedikit
jelek karena berbatu. Dengan sabar aku mengatur gas motorku sehingga bisa
berjalan dengan begitu setabil.
Aku sampai di depan rumahnya dan berhenti serta mematikan
motorku. Sementara itu temanku membuka pintu setelah mendengar suara motorku. “Eh
Munir, sudah datang Nir”, ungkap temanku yang berada di pintu. Aku melihatnya
dan berkata,”Iya ini, mana yang lain belum datang..?”, ungkapku sambil melepas
helem. “Belum ini, paling sebentar lagi, masuk dulu Nir ke dalam tunggu aja di
dalam”, ungkap temanku.
“Iya Ndrik”. Sementara itu hari sudah malam dan tak lama
kemudian Beni datang sendirian. “Ben, tak kira enggak datang ben”, ungkapku
kepadanya. “Datang dong, masa iya aku biarin sahabat-sahabat aku ngerjain
tugas, sedang aku tidak ikut”, ungkapnya sambil turun dari motor dan melepas
helem.
Beni berjalan ke arah pintu dan mendekatik kami, setelah itu
kita semua berjabat tangan. “Ayo mausk-masuk”, ungkap Hendirk mempersialahkan
kami untuk masuk ke rumahnya.
Aku dan Beni masuk dan duduk di kursi ruangan tamu Hendrik.
Sementara itu Hendrik masuk ke kamar untuk mengambil buku dan peralatan tulis
yang lainya. Kami duduk santai sebentar untuk melemaskan urat kami, usai
melakukan perjalanan cukup jauh.
Hingga urat kami sudah benar-benar lurus dan lemas, kami
memulai diskusi dan mulai menggarap tugas yang di berikan guru kepada kami. Aku
mulai membuka tutup pulpen dan kemudia membuka lembaran buku. Kami membuka
tulisan yang berisi tentang tugas dan perintah yang di berikan kepada kami.
Kami membacanya dan kemudian mencermati. Setelah itu kami mulai mengerjakannya
denegan bersama-sama.
Aku bertugas menulis sedang yang lain menghitung dan ada
pula yang mencari refrensi. Dan itu di lakukan secara bergantian agar teras
ringan dan cepat selesai. Hingga 1 jam
kemudian kami sudah mampu mengerjakan 3 tugas yang di berikan. Kini kami
tinggal mengerjakan 2 tugas yang di berikan guru.
Malam semakin larut dan keadaan juga semakin sepi, jam sudah
menunjukan jam 22:00. Tidak ada suara kendaraan melintas dan tidak ada orang
yang sedang bercakap-cakap di luar. Yang ada hanya suara kami yang sedang
mengerjakan tugas dari guru. Dengan terus semangat kami bersama berusaha
menyelesaikan tugas yang tinggal 2 ini.
Akhirnya setelah 2 jam berjalan tugas sudah selesai.
Sementara aku meluruskan punggungku ke belakang untuk membuatnya lega.
“Kalau mau tidur di kamar ini”, ungkap Hendrik sambil
menunjuk kamar yang hendak kami tempati. “Iya Ndrik, tidur di dalam yuk,
ngantuk banget ini”, ungkapku kepada Beni. “Iya masukin dulu motornya”, ungkap
Beni. “Masukin aja lewat garasi, entar tak buka pintunya”, ungkap Hendirk.
Aku keluar dan mulai menghidupakan motorku. Sementara itu
Beni juga menghidupkan motornya. Kami memasukan motor kami ke dalam lewat
garasi. Aku berjalan terlebih dahulu setelah itu baru Beni.
Aku memasukkannya dan kemudian mematikan mesinya. Begitu
juga Beni memasukan motornya dan kemudian mematkikan mesinya. Hendrik menutup
pintunya dan kemudian berjalan untuk masuk ke kamar.
Kami bertiga masuk di kamar yang sudah di sediakan hendrik,
dan segera mengambil posisi. Kami tidur dengan gaya kami sendiri dan sesuai
dengan gaya yang kami sukai. Ada yang terlentang, ada yang miring, dan ada pula
yang tengkurap.
Kami semua tertidur dengan begitu lelapnya. Hingga malam
semakin larut, pundaku begitu sakit dan terasa ada yang menginjak-injak.
“Aduh sakit..!”, berteriak dan kemudian terbangun. Aku
bingun siapa yang menginjaku, sedang aku melihat teman-temanku sedang tidur
dengan begitu lelapnya. Aku tertidur lagi dan akhirnya benar-benar tertidur.
Tetapi kakiku seperti ada yang menendang dan begitu kuatnya
hingga membuat aku berteriak dan berkata,”Aduh..!”, lalu terbangun. Aku
terbangun dan dalam keadaan bingung dan bertanya-tanya siapa gerangan yang
menendangku, karena aku lihat mereka berdua tetap dengan posisi tidurnya. Hingga
akhirnya aku tidak tertidur kembali, karena sudah tidak bisa tidur.
Aku tetap berbaring tamun tidak memejamkan mata. Hingga aku
melihat Beni berteriak kesakitan dan memegang kakinya dengan begitu kuat. Aku
bangun dan membangunkan Beni yang berteriak-teriak tersebut.
“Ben..!, bangun”, ungkapku membangunkannya. Dia terbangun
dan begitu kebingungan dengan apa yang sudah di alaminya.
“Siapa yang menendangku”, ungkapnya. Sentara itu Hndrik
bangun dan berkata,” Ada apa..?”. “Kakiku seperti ada yang menendang”, uangkap
Beni. “Sama aku juga sudah 2 kali terbangun, hanya gara-gara merasa ada yang
menendangku”, ungkapku.
“Di kamar ini memang ada anak setan, dia selalu usil dengan
tamu-tamuku. Padahal aku sudah
panggilkan para normal untuk mengusirnya tetapi dia tidak juga pergi.
Meski demikian dia tidak pernah menyakitiku, hanya saja tamuku sering di
kerjainya”, ungakp Hendrik. Berkat cerita dari Henrik akhirnya kami bertiga
memutuskan untuk tidak tidur sampai pagi.
--- oOo ---