Siang terik
sinar matahari menyengat dikulit. Udara terbawa angin berhawa panas menyentuh kulit tipis yang agak hitam kecokelatan. Suara riuh gaduh mobil motor saling
bersautan, tak terkecuali orang parkir yang berteriak mengarahkan mobil
sedan.
Terlihat
seorang pemuda berbaju abu – abu panjang dengan celana hitam memakai sepatu
pantopel hitam, membawa tas gendong yang terlihat agak besar dipunggungnya
mengendarai sepeda motor.
Hampir tidak
dirasa rasa panas pada siang itu, tidak mampir ke warung untuk sekedar membeli
es atau berteduh dibawah pohon rindang untuk mendinginkan badan yang terlalu
panas.
Dia tetap saja
mengendarai motor yang fokus menuju tujuannya. Sebelumnya teleponnya berdering
ada panggilan dari orang yang terlihat penting. Mungkin dia mau menuju rumah
orang yang menelponnya tadi. Terlihat wajah semringah dari dirinya, sepertinya
dia berharap apa yang seperti dia harapkan.
Dia adalah
seorang sales rumah bekas bernama Mukidi. Sesampainya dirumah yang menelponnya
tadi mukidi langsung menghentikan motornya dan mengetuk pintu rumahnya.
“Tok tok tok,
assalamualaikum?” sambil mengelap wajahnya yang berkeringat. Terdengar dari
dalam rumah suara bapak – bapak menjawab “alaikum salam, ia sebentar”.
Dibukanya pintu oleh bapak tersebut.
“maaf apakah
benar ini rumah pak Joni” kata Mukidi. Sambil menyuruhnya untuk duduk pak Joni
menjawab “ia benar, silakan duduk dulu mas”. Kemudian Mukidi duduk dan
meletakkan tasnya yang terasa berat di lantai. “Lutfi, tolong ambilkan minum, ini
ada tamu” kata pak Joni.
Kemudian
keluarlah seseorang wanita seperti bidadari membawa segelas es jeruk, rasanya
hilang semua rasa pegal dan panas setelah melihat wanita itu.
“ini minumnya
mas, monggo diminum dulu” kata lutfi sambil meletakkan es jeruk dimeja. Dengan
menatap wajah Lutfi, mukidi berkata “ia terimakasih”. Dalam hatinya berkata
“cantik sekali anak pak Joni ini, coba kalau dia jadi istriku”.
Kemudian
Mukidi langsung meminung es jeruk tersebut. Lalu pak Jono berkata “mas sales
rumah bekas kan”, sambil meletakkan es jeruknya dimeja Mukidi menjawab “ia
pak”.
Setelah
terjadi perbincangan – perbincangan yang lumayan lama akhirnya terjadi kesepakatan.
Pak Joni jadi membeli rumah yang ditawarkan oleh Mukidi. Dengan semangat Mukidi
berjabat tangan dengan pak Joni. Apa yang diharapkan tadi pas berada dijalan
akhirnya terwujud juga.
“Tidak sia – sia aku jauh – jauh ke tempat pak Joni,
sudah bertemu dengan anaknya yang cantik, ditambah pak Joni jadi membeli rumah
yang aku tawarkan” kata Mukidi setelah berjalan agak jauh dari rumah pak Joni.
Ternyata sudah
banyak orang seperti pak Joni yang meminta bantuan Mukidi untuk mencarikan
rumah.
Walaupun rumah
bekas, tapi rumah yang dijual Mukidi masih bagus, dari segi konstruksi rumah,
kayu – kayu yang utuh serta lokasi yang aman. Ini yang membuat orang yang
membeli rumah pada mukidi merasa tidak kecewa.
hampir selama
sepuluh tahun bekerja menjadi sales rumah bekas. Akhirnya Mukidi berhasil
membeli rumah idamannya.”tok tok tok” Mukidi mengetuk pintu rumah pak Joni.
Sekarang bukan
lagi pak Joni yang membuka pintu. Tetapi wanita bak bidadari yang bernama Lutfi,
“silakan masuk mas” kata Lutfi dengan suara merdu merasuk hati. “bapaknya ada
mba” tanya Mukidi. Kemudian Lutfi memanggil bapaknya.
Mukidi
menyampaikan maksut tujuanya untuk datang kerumah pak Joni. Maksut tujuan
Mukidi datang kerumah pak Joni adalah untuk melamar Lutfi. Akhirnya lamaran
Mukidi diterima oleh pak Joni. Dan kemudian Mukidi menikah dengan Lutfi dan
hidup bahagia.
---oOo---