Cerpen Horor tentang Hantu - Malam ini begitu dingin tertiup angin laut. Sementara itu
aku memakai jaketku untuk menghangatkan badan ku. Aku melihat teman-temanku
begitu bahagia dan ceria meski cuaca begitu dingin.
“Bikin api unggun yok buat hangatin badan”, ungkap Ridho. “Iya
ayok”, ungkapku dan temanku yang lain. “Ya sudah aku mau cari kayu dengan
Taufik, sedang Ismail sama kamu Irwan yang buat api unggunnya ya”, ungkap
Ridho. “Sip” ungkap mereka berdua.
Aku dan Ridho berjalan ke arah pohon besar yang ada di depan
kami. Di sana kami melihat banyak sekali ranting-ranting kecil yang berjatuhan
di bawah pohon tersbeut. Aku mulai memungutinya dan mengumpulkannya. Dengan
telaten aku mengumpulkannya hingga akhirnya mendapatkan banyak kayu bakar.
Setelah banyak aku
mengikatnya dengan tali plastik yang aku bawa. Aku mulai memanggulnya dan
membawanya ke perkemahan. Sementara Ridho juga demikian dia sudah memanggul
kayunya dan berjalan di belakangku. Setelah sampai di perkemahan aku menjatuhkan
kayu tersebut dan membuka talinya.
Aku duduk di pohon kecil dekat perkemahan kami sambil
melihat teman-temanku sedang menata kayu hendak membuat api unggun. Setelah
tertata rapi, ismail menyiram kayu dengan minyak tanah, dan kemudian
menjatuhkan api di kayu tersebut.
Kini api sudah menyala dan suasana berubah menjadi hangat.
Tiba-tiba aku ingin buang air kecil aku berdiri dan berlari di semak yang cukup
jauh dari perkemahan.
“Mau kemana Pik”, ungkap Ridho.
“Mau buang ari kecil,”Ungkapku dengan terburu buru lari menuju semak.
Sesampainya aku di semak tersebut aku mulai melepas sabukku
dan membuang air.
“Lagi nagapain mas”, ungkap gadis cantik yang ada di
sampingku.
Aku kaget karena aku tidak menyadari ada gadis cantik di
sampingku. Aku langsung menyingkir dan berkata,”Maaf mbak lagi buang hajat”.
Dia hanya tertawa melihatku yang begitu gugbnya, dia duduk sendirian dan
bernyanyi-nyanyi, suaranya merdu sekali.
Usai selesai membuang hajat aku mendekati gadis tersebut.
Dan aku duduk si sampingnya kulihat dia memang cantik, hidungnya panjang,
senyumnya manis, kulitnya putih.
“Kamu ngapain di sini”, ungkapku melihatnya sedirian.
“Aku sedang santai, dan menikmati angin malam”, ungkap sang
gadis.
“Kenapa kau bisa di sini, dengan siapa kau di sini”,
ungkapku.
“Aku tinggal di sini dengan keluargaku”, ungkap gadis
tersebut cukup membingungkanku.
“Lalu di mana rumahmu”, ungkapku.
“Itu”, sambil menujuk kearah kanan.
Aku kaget dan baru menyadari ternyata di sini juga ada
sebuah perrkampungan. Ternyata perkataan temanku yang mengatakan pulau tak
berpenghuni itu salah.
“Ririn, ayo puang nak”, seorang ibu dari perkampungan
tersebut memanggil gadis yang sedang duduk denganku.
“Aku pulang ya”, tersenyum dengan begitu manisnya.
“Iya”.
Aku kembali keperkemahan dan menemui teman-temanku. Dengan
begitu cerianya aku duduk bersama mereka. “Hey teman-teman, aku habis bertemu
dengan seorang perempuan cantik”, ungkapku. “Ah yang bener”, ungkap Ridho. “Pasti
setan itu”, ungkap Irwan. “He,eh”, ungkap Ismail.
“Hey jangan salah, ini beneran perempuan cantik, kulitnya
putih hidungnya panjang, mukanya manis.
Aku juga menemukan sebuah perkampungan di sana”, ungkapku kepada mereka.
Aku juga menemukan sebuah perkampungan di sana”, ungkapku kepada mereka.
“Jangan ngaco kamu, ini hutan tidak berpenghuni”,ungkap
Ridho.
“Heh aku gak ngaco, ini bener, tadinya aku juga tidak
percaya ada sebuah kampung di sini, tetapi aku melihatnya sendiri, dan gadis
yang ku temui di semak tadi juga tinggal di situ”, ungakapku.
“Ya sudah buktikan omonganmu, antar kami ke tempat tersebut,
kami ingin tahu apa benar ada perkampungan di sini”, ungakap Ridho. “Oke siap,
kita berangkat”, ungakpku berjalan bersama dengan temanku untuk menuju semak
tadi.
Aku berjalan terus hingga hampir sampai di tempat tujuan. “Di
mana tempatnya”, ungkap Ridho. “Itu dibalik semak-semak”, ungkapku.
Setelah sampai di semak-semak aku dan kawanku berhenti. “Itu sebelah sana, loh kok tidak ada perkampungannya,” terkejut karena tidak ada sama sekali perkampungan. “Mana..?”, ungkap Ridho. “Tapi sumpah tadi ada di sini”, ungkapku.
Setelah sampai di semak-semak aku dan kawanku berhenti. “Itu sebelah sana, loh kok tidak ada perkampungannya,” terkejut karena tidak ada sama sekali perkampungan. “Mana..?”, ungkap Ridho. “Tapi sumpah tadi ada di sini”, ungkapku.
“Itu Cuma pohon bakau, tidak ada perkampungan, hati-hati
kamu di sini, jangan pergi sendirian lagi. bisa-bisa kamu diculik hantu”,
ungkap Ridho. “Iya Dho”, ungkapku begitu terkejut.
Aku dan temanku kembali lagi ke perkemahan untuk tidur. Karena besok pagi kita semua akan kembali ke rumah kami.
Aku dan temanku kembali lagi ke perkemahan untuk tidur. Karena besok pagi kita semua akan kembali ke rumah kami.
---oOo---