Cerpen Horor tentang Rumah Tua - Sore yang mulai gelap ini aku duduk dengan kekasihku di
rumah kosong yang jauh dari permukiman. Aku baru saja menyelamatkannya dari
seorang yang menyandranya. Sudah 1 minggu ini dia disandra di tempat yang kumuh
dan kotor.
Tak jarang dia juga sering menerima kekerasan dari penjahat yang menawannya. Beruntung sekarang dia sudah bersamaku, tetapi aku bingung mau pulang dengan apa kami berdua. Sedang motorku aku tinggalkan di pangkalan penjahat yang kini sedang mencari-cariku.
Hanya kedua kakiku inilah yang
membawaku pergi dari tempat tersebut dan bisa menyelamatkan kekasihku. Aku bingung sedang hari sudah malam dan tak mungkin
kami melanjutkan perjalanan dengan kedua
kaki ini. Tidak ada cara lain selain menginap di rumah kosong, yang sudah mulai
ditumbuhi rumput ini.
Tak jarang dia juga sering menerima kekerasan dari penjahat yang menawannya. Beruntung sekarang dia sudah bersamaku, tetapi aku bingung mau pulang dengan apa kami berdua. Sedang motorku aku tinggalkan di pangkalan penjahat yang kini sedang mencari-cariku.
Aku mulai membersihkan tempatnya untukku tidur dan
kekasihku. Dengan begitu giat aku membersihkannya dari puing-puing kayu dan
batu bata yang berserakan. Tetapi ada yang janggal dengan lemari yang ada di
dekatku.
Sedari tadi aku mendengar lemari tua itu seperti bergoyang.
Tetapi ketika aku pandangi lemari itu berhenti bergoyang. Aku semakin penasaran
dengan lemari ini. Aku mengambil dedaunan pisang untukku dan kekasihku
berbaring dan melepas lelah.
“Sudah kamu istirahat aja”, ungakp kekasihku.
“Ya kamu juga dong”, ungkapku kepadanya.
“Iya aku gampang, kamu kan sudah nyelamatin aku pasti
capek”,ungkap kekasihku.
Aku berbaring di deaunan tersebut, sementara kekasihku belum
mau tidur dan sedang bersandar di tembok. “Dok... Dok...Dokk”, suara lemari
seperti ada yang memukul. Kekasihku langsung bergegas mendekatiku, dengan
begitu ketakutan dia berkata,”Itu apa aku takut”.
Aku bangun dari tidurku dan mencoba menenangkan kekasihku. “Hey
siapa yang memukul lemari itu..!”, ungkapku dengan begitu kerasnya. “Dok Dok
Dok”, suara lemari terpukul terdengar lagi. “Siapa itu jangan macam-maca saya
ya”, ungkapku dengan begitu lantangnya.
Tiba-tiba pintu lemari tersebut terbuka sndiri dan kemudian
keluarlah cahaya yang begitu terang. Cahaya tersbut keluar dari lemari dan
berterbangan di awang-awang. Setelah lama berterbangan cahaya tersebut berubah
menjadi sesosok gondoruwo dengan suara yang begitu menakutkannya.
Aku dan kekasihku langsung bergegas pergi meninggalkan
tempat tersebut. kami terus berlari di tengah lebatnya pohon-pohon di hutan.
Setelah cukup jauh kami berlari kami sampai di pohon yang sangat besar. kami berhenti sejenak untuk mengumpulkan energi kami. “Hih hih hih hih”, suara perempuan tertawa dari atas pohon ini.
Setelah cukup jauh kami berlari kami sampai di pohon yang sangat besar. kami berhenti sejenak untuk mengumpulkan energi kami. “Hih hih hih hih”, suara perempuan tertawa dari atas pohon ini.
Aku dan kekasihku melihat ke atas, dan aku lihat kuntilanak
sedang bergelantungan di ranting pohon yang begitu besar ini. Aku berteriak dan
kemudian lari kembali. Setelah berlari cukup jauh sampailah aku di sebuah
sungai yang mengalir deras.
Aku duduk di bebatuan di samping sungai tersebut dan sekedar ingin merasakan segarnya air yang jernih ini. Aku melihat kekasihku yang begitu ketakutan dengan kejadian ini. Tetapi dia tetap tabah menjalaninya.
Aku duduk di bebatuan di samping sungai tersebut dan sekedar ingin merasakan segarnya air yang jernih ini. Aku melihat kekasihku yang begitu ketakutan dengan kejadian ini. Tetapi dia tetap tabah menjalaninya.
“Bluopp bluoop bluop”, suara air yang bergerlembung di
tengah tengah permukaan air yang tenang. Kami sedikit khawatir dan mulai
menjauhi sungai ini.
Dari kejauhan kami melihat sungai tersebut, dan tidak lama kemudian ada sosok raksasa keluar dari air tersebut. Raksasa mengetahui kedatangan kami, dan kemudian mengejar aku dan kekasihku. Aku dan kekasihku berlari dengan begitu kuat.
Dari kejauhan kami melihat sungai tersebut, dan tidak lama kemudian ada sosok raksasa keluar dari air tersebut. Raksasa mengetahui kedatangan kami, dan kemudian mengejar aku dan kekasihku. Aku dan kekasihku berlari dengan begitu kuat.
Hingga tanpa memilih jalan yang bagus, kami terus berlari
untuk menjauhi moster dengan taring besar tersebut.
Langkah kami semakin berat, kami tidak tahu kenapa, dan aku menghadap ke belakang. Terlihat moster tersebut sedang menggunakan kekuatannya untuk memeperlambat langkah kami. Kami tidak kuat lagi berlari, hingga akhirnya kami kehabisan tenaga dan pingsan.
Langkah kami semakin berat, kami tidak tahu kenapa, dan aku menghadap ke belakang. Terlihat moster tersebut sedang menggunakan kekuatannya untuk memeperlambat langkah kami. Kami tidak kuat lagi berlari, hingga akhirnya kami kehabisan tenaga dan pingsan.
---oOo---