Contoh Cerpen Horor Lucu - Di usia yang sudah lanjut ini aku tidak berdaya untuk
melakukan pekerjaan apapun. Aku hanya duduk di depan sambil membaca sebuah
buku. Dan menikmati sisa kesehatan yang masih aku miliki.
Sementara itu aku mendengar nyanyian burung yang begitu merdu, aku melihat burung tersebut. Dia terus bernyanyi tanpa malu ketika aku melihatnya. Mungkin dia memang sedang sengaja untuk menghibur. Aku merasa memiliki terhibur dengan suaranya yang begitu merdu.
Sungguh hidup ini indah bila kita
nikmati. Seperti yang saat ini aku rasakan, meski usiaku tidak muda lagi tetapi
aku senang dan bahagia dengan hidup ini. itu semua datang karena aku nikmati
dan aku syukuri.
Sementara itu aku mendengar nyanyian burung yang begitu merdu, aku melihat burung tersebut. Dia terus bernyanyi tanpa malu ketika aku melihatnya. Mungkin dia memang sedang sengaja untuk menghibur. Aku merasa memiliki terhibur dengan suaranya yang begitu merdu.
Di sisi lain aku teringat istriku yang mati mengenaskan. Dia
terlindas sebuah kontainer besar hingga tubuhnya hancur berkeping-keping. Bila
ku ingat lagi itu adalah kisah sedih yang paling sedih dalam hidup. Hingga
kini aku tidak tahu apakah kau di sana
bahagia atau tidak dengan matimu yang seperti ini.
Kau dulu adalah suster yang begitu canntik, dengan balutan
pakaian putih. Tetapi setelah kejadian itu kecantikanmu hilang, karena wajahmu,
tubuhmu, matamu, sudah hancur oleh ban kontener biadap.
Andai kau masih hidup sekarang pasti kau masih duduk denganku. Sayang kau sudah mati dan kau hanya bisa mengenang kecantikanmu dalam sanubari.
Andai kau masih hidup sekarang pasti kau masih duduk denganku. Sayang kau sudah mati dan kau hanya bisa mengenang kecantikanmu dalam sanubari.
Hari sudah saing kini aku beranjak untuk mandi agar terasa
lebih segar. Sementara itu anakku berpamitan denganku karena hendak pergi ke
kantor. Dengan begitu rapihnya dia berjalan menuju mobilnya. Aku masuk setelah
dia sudah masuk ke dalam mobilnya dan kemudian mandi.
Aku berjalan ke kamar hendak mengambil sebuah handuk. Aku
menaki tangga yang begitu tinggi ini satu persatu. Setelah aku berhasil menaiki
tangga, aku berhenti sejenak. Aku bertanya-tanya kamarku dimana ya..?, ungkapku
dengan begitu kebingungan.
Aku mencoba membuka kamar yang sudah ada di depanku. Aku
membukanya dan ternyata ini kamar anakku. Aku lupa ada dimana kamarku mungkin
faktor usia juga. Aku terus berkeliling-keliling mencari kamarku di atas tetapi
tidak jua ketemu.
Hingga waktu berjalan dan anakku sudah pulang. Dia berjalan
menuju ke arahku dan sampailah dia di atas.
“Kamu kok sudah pulang nak, bapak belum juga mandi”,
ungkapku.
“Iya dong pak ini kan sudah sore”,ungkap anakku.
Aku kaget aku tidak terasa berkeliling mencari kamarku
sampai sore. Aku berkata,”Nak kamar bapak dimana ya, bapak mau ngambil handuk
tetapi bapak lupa kamarnya dimana”, ungkapku.
“La bapak dari pagi tah nyari kamar...?”, ungkap anakku.
“Iya”.
“Kamar bapak kan di bawah kenapa nyarinya di sini, di sini
sampai besok juga gak ketemu. Untung Ari pulang, kalu gak pulang mungkin bapak gak
bisa nemuin kamar”, ungkap anakku.
“Heheh”.
Anakku mengantarku dan masuk ke kamarku. “Nih kamar bapak”,
ungkapnya ketika di depan pintu. “Ini benar kamar bapak..?”, ungkapku. “Iya
coba aja masuk, Ari mandi dulu ya”, ungkap anakku.
Aku masuk ke kamar tersebut, dan ternyata benar memang ini
kamarku, karena ada foto mendiang istriku. Aku duduk sejenak di kamar yang
sedikit gelap ini sambil melihat fotonya. Aku teringat kembali dengan
kisah-kisah kenangannya bersamanya.
“Mas Anwar...”, suara misterius tiba-tiba datang dari atas
genting mirip dengan suara istriku yang sudah mati. “Apa itu kau Anis”,
ungkapku kepada suara misterius. “Iya ini aku Anis, aku menderita di sini mas,
tolong aku” , ungkap sura misterius tersebut.
“Tapi tidak mungkin kau sudah mati tidak mungkin kau bicara
denganmu saat ini”, ungkapku. Tiba-tiba suara misterius tersebut hilang dan tidak
terdengar lagi. Aku begitu curiga dengan suara tersebut, apakah benar itu
istriku yang sudah meninggal.
---oOo---