Biologi SMA: Mengenal Sistem Reproduksi pada Wanita. Anda telah mempelajari tentang alat-alat reproduksi pada laki-laki. Sekarang saatnya kita akan membahas mengenai sistem reproduksi pada wanita pada artikel Biologi SMA ini, Mengenal Sistem Reproduksi pada Wanita, penting sekali bagi kita mengetahui apa saja alat reproduksi pada wanita beserta fungsinya masing-masing.
dianggap penting karena dengan mengetahui jenisnya beserta fungsinya kita dapat melindungi dan menjaga kesehatan alat reproduksi kita khususnya wanita. jika kita tidak bisa merawat organ kewanitaan kita akan berakibat fatal untuk diri kita karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit kelamin. tidak hanya pada wanita tetapi juga pada laki-laki jika tidak bisa menjaga kebersihan dan kesehatan alat reproduksi nya maka dari itu mari kita bersama-sama merawat kebersihan pribadi masing-masing.
dianggap penting karena dengan mengetahui jenisnya beserta fungsinya kita dapat melindungi dan menjaga kesehatan alat reproduksi kita khususnya wanita. jika kita tidak bisa merawat organ kewanitaan kita akan berakibat fatal untuk diri kita karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit kelamin. tidak hanya pada wanita tetapi juga pada laki-laki jika tidak bisa menjaga kebersihan dan kesehatan alat reproduksi nya maka dari itu mari kita bersama-sama merawat kebersihan pribadi masing-masing.
Alat Reproduksi Wanita
alat reproduksi pada wanita terdiri dari dua bagian yaitu organ bagian luar dan organ bagian dalam. luar terdiri dari vulva kalau yang bagian dalam terdiri dari :ovarium, uterus dan vangina untuk lebih jelasnya mari kita simak penjelasan selengkapnya dibawah ini.
Organ Reproduksi Luar
Organ reproduksi luar wanita yaitu vulva. Vulva banyak disusun oleh jaringan lemak. Daerah ini disebut Mons pubis (mons veneris). Di bagian bawah dari monspubis terdapat suatu lipatan yang berjumlah sepasang yang disebut dengan labium mayor (bibir besar). Pada bagian lebih dalam dari labium mayor terdapat pula lipatan yang kedua berjumlah sepasang yang disebut dengan labium minor (bibir kecil). Kedua lipatan ini berfungsi untuk melindungi vagina. Di bagian atas dari struktur labium ini terdapat klitoris, yang merupakan organ erektil pada wanita. Pada bagian ini terdapat klitoris yang banyak terdapat pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Saluran yang langsung berhubungan dengan vulva adalah uretra dan vagina.
Alat Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pada wanita terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Ovarium
Ovarium terletak di sebelah kiri dan kanan rahim. Bentuk ovarium lonjong dengan panjang 2 - 2,5 cm, lebar 1 - 1,5 cm, tebal 0,5 - 1,5 cm dan berat 15 gram. Umumnya sel telur diproduksi setiap 28 hari. Sel telur yang dihasilkan oleh ovarium ini terbungkus dalam kantong yang disebut folikel. Sebelum memasuki masa usia subur, folikel dan sel telur terlihat seolah-olah mati. Seiring dengan bertambahnya usia maka akan
bertambah besar dan fungsional dengan dirangsang oleh hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormone) yang berasal dari kelenjar hipofise di otak. Folikel akan semakin besar dan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang akan merangsang untuk menghentikan produksi hormon FSH dan LH. Hormon estrogen dan progesteron akan mempengaruhi sifat-sifat pada wanita untuk menjadi dewasa.
Saat pertengahan terjadinya menstruasi, folikel semakin bertambah besar dan akhirnya pecah untuk mengeluarkan sel telur yang ada di dalamnya, yang disebut ovulasi. Sebelum terjadinya kehamilan, hampir seluruh hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium dan sebagian kecil kelenjar adrenal. Setelah telur mengalami pematangan, selanjutnya akan disalurkan melewati oviduk. Oviduk ini merupakan saluran yang panjang menuju ke rahim. Oviduk disebut juga saluran tuba fallopi. Di dalam saluran inilah terjadi pembuahan antara sperma dan ovum. Di dalam sepanjang saluran tuba fallopi ini terdapat rambut-rambut getar atau cilia yang berfungsi untuk mendorong atau mempermudah jalannya zigot hasil pembuahan.
2. Uterus (rahim)
Uterus (rahim) merupakan suatu rongga pertemuan dari dua saluran tuba falopi bagian kiri dan kanan. Uterus berbentuk seperti buah pir. Bagian bawah dari uterus disebut serviks (leher rahim). Jaringan yang menyusun uterus berupa otot polos dan lapisan endometrium (dinding rahim) yang tersusun dari epitel dan menghasilkan
banyak lendir dan pembuluh darah. Ketika terjadi ovulasi, lapisan endometrium akan menebal, tetapi ketika menstruasi lapisan endometrium akan meluruh.
Fungsi uterus (rahim) ini adalah sebagai tempat menempelnya janin. Di sinilah janin akan tumbuh besar yang kemudian kehidupannya ditopang oleh plasenta. Plasenta akan mencukupi kebutuhan janin yang berupa O2
dan makanan yang diperoleh dari ibunya.
3. Vagina
Organ reproduksi wanita yang lain yaitu vagina. Organ ini merupakan suatu saluran tempat berlangsungnya proses kopulasi, yaitu pertemuan antara dua alat kelamin. Vagina juga merupakan jalan keluar bayi apabila
sudah siap dilahirkan. Vagina bermuara pada vulva. Vagina terdiri atas bagian-bagian berikut.
- Selaput lendir (membran mukosa). Selaput lendir merupakan bagian terluar dari vagina yang dapat mensekresikan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar bartholin.
- Jaringan otot. Vagina tersusun dari otot-otot polos yang dapat berkontraksi untuk memperlebar saluran dan uterus serta mengembalikan ke bentuk semula. Ini sangat penting dalam proses persalinan.
- Jaringan ikat. Jaringan otot dan ikat ini juga sangat berperan dalam melebarkan uterus ketika janin akan dilahirkan. Pada saat janin sudah dilahirkan maka kedua jaringan ini akan mengembalikan uterus ke bentuk semula.
Pembentukan Sel Telur (Ovum)
Proses pembentukan sel telur disebut oogenesis, proses ini berlangsung di dalam ovarium (indung telur). Sel telur berasal dari sel induk telur yang disebut oogonium. Dalam oogonium, terkandung kromoson sebanyak 23 pasang. Sel-sel oogonium ini bersifat diploid. Di dalam ovarium ini, sel-sel oogonium membelah secara mitosis.
Pada proses oogenesis ini, oogonia akan berkembang menjadi oosit primer. Oosit primer masih memiliki kromosom yang sama dengan sel induknya, yaitu 23 pasang dan badan kutub I, kemudian oosit sekunder akan mengalami pembelahan lagi secara mitosis membentuk ootid dan badan kutub II. Selanjutnya ootid inilah yang akan berkembang menjadi ovum. Ovum yang dihasilkan dari proses ini hanya berjumlah satu. Agar bisa mengetahui dengan jelas proses tersebut, perhatikan Gambar 9.6!
Proses oogensis ini diatur oleh hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di dasar otak. Fungsi hormon FSH adalah:
- mengatur proses pertumbuhan sel telur;
- menghasilkan hormon estrogen, hormon estrogen pada kadar tertentu dapat menghambat produksi hormon FSH;
- mempengaruhi sel-sel folikel yang berfungsi untuk memberi nutrien pada sel telur.
Ovulasi
Bagaimana proses ovulasi terjadi? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian proses ovulasi. Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur. Proses ovulasi dipengaruhi oleh hormon, yaitu LH dan FSH. Kedua hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di dalam otak. Pada saat inilah seorang wanita dikatakan mengalami masa subur. Masa subur bagi seorang wanita tidak berlangsung setiap hari. Satu siklus menstruasi (haid) akan dimulai pada hari pertama setelah hari terakhir masa haid sebelumnya dan berakhir pada hari pertama masa haid berikutnya. Mulai pada hari pertama siklus ini sel telur bersama folikelnya akan mengalami pematangan. Lalu pada sekitar 13 - 15 hari sebelum hari
pertama haid akan terjadi ovulasi.
Setelah sel telur masak, selanjutnya akan dikeluarkan dari ovarium. Dalam proses ini, sel telur berada di dalam folikel. Folikel dan dinding ovari robek, akhirnya sel telur yang sudah matang akan keluar dan masuk ke dalam oviduk (tuba falopi) melalui infundibulum, yaitu bagian yang berbentuk seperti jari-jari. Telur yang telah dewasa ini akan masuk ke dalam saluran telur (tuba falopi) yang akan menghanyutkannya ke dalam rahim dengan cairan khusus. Sel telur dewasa ini baru akan dapat dibuahi dalam tempo 24 jam setelah dilepaskan oleh indung telur (ovarium) yaitu pada saat dalam perjalanan menuju rahim Setelah sel telur dilepaskan, maka sel folikel menjadi kosong. Sel ini kemudian akan berubah menjadi korpus luteum. Pembentukan korpus luteum ini didikung oleh LH. Terbentuknya korpus luteum akan memicu terbentuknya hormon estrogen dan progesteron.
Proses Terjadinya Menstruasi
Setiap bulan, seorang wanita normal yang sudah memasuki masa akil balig atau dewasa akan mengalami menstruasi. Pelajar wanita SMA kelas XI seperti Anda sebagian besar umumnya sudah mengalami peristiwa ini, sehingga Anda dapat menceritakan dan menjelaskan menstruasi sesuai pengalaman Anda. Menstruasi terjadi karena sel telur yang dilepaskan folikel tidak dapat dibuahi oleh sel sperma. Seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, bahwa setelah pelepasan sel telur, maka folikel akan kosong, selanjutnya akan membentuk korpus luteum yang berwarna kuning. Strukturnya dapat Anda perhatikan Gambar 9.6!
Korpus luteum ini akan memacu terbentuknya hormon progesteron. Hormon ini akan menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim atau endometrium, tetapi hormon ini akan mengalami penurunan jumlah, kemudian korpus luteum akan berdegenerasi, yang diikuti peluruhan yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Akibatnya, terjadi pendarahan yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa luruhnya sel telur yang tidak dibuahi yang sudah menjadi mati bersama-sama dengan selaput lendir
dinding rahim yang merupakan lapisan yang kaya pembuluh darah. Masa menstruasi berlangsung selama
2 - 7 hari. Setelah itu siklus yang baru akan dimulai. Diawali dengan pulihnya kembali dinding endometrium, selanjutnya FSH mulai dihasilkan lagi dan mempengaruhi pembentukan sel telur kembali. Kejadian seperti ini akan terjadi berulang-ulang, lalu berhenti untuk sementara waktu pada saat terjadinya kehamilan, lalu akan terjadi lagi setelah kelahiran.
Mengapa seorang wanita yang sudah menopouse (tidak mengalami haid lagi) tidak dapat menghasilkan sel telur? Hal ini terjadi karena semua oosit primer yang terbentuk akan mengalami deradasi. Usia menopouse berkisar antara 45-50 tahun ke atas. Pada saat itu banyak perubahan yang dialami oleh seorang wanita. Berbagai gejolak terjadi, antara lain adalah mudah, murah, mudah tersinggung, cemas, cepat
letih, dan sulit bernapas. Pada satu di antara delapan wanita, gejala ini akan terjadi cukup parah sehingga perlu pengobatan secara medis.
Pada saat seorang wanita mengalami menopouse dikatakan in-dung telurnya mengalami masa pensiun secara gen dan progesteron pun juga akan berhenti. Akibatnya akan terjadi beberapa hal pada wanita, antara
lain dapat mengalami kecenderungan tulang keropos (osteoporosis). Selain itu, peluang untuk mendapat serangan jantung lebih besar. Berdasarkan hal ini berarti dapat kita ketahui bahwa indung telur tidak hanya sekedar pabrik penghasil sel-sel telur saja, tetapi lebih dari itu merupakan satu organ tubuh yang penting, walaupun seorang wanita dapat hidup namun tidak normal tanpa memiliki indung telur ini.
Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses peleburan antara sel telur dengan spermatozoa. Bagaimana proses terjadinya fertilisasi? Ketika sel telur dilepaskan dari folikel di dalam ovarium, maka sel telur akan menuju ke tuba fallopi (saluran oviduk). Apabila pada keadaan tersebut terjadi hubungan seksual, maka spermatozoa akan dapat membuahi ovum dalam saluran tuba fallopi tersebut.
Spermatozoa akan bergerak dengan bantuan bagian ekornya. Pergerakan tersebut dapat mencapai 12 cm per jam di sepanjang tuba fallopi (saluran oviduk). Pergerakan spermatozoa dibantu juga oleh pergerakan dinding rahim dan dinding tuba falopi. Mulut rahim juga mengeluarkan cairan atau lendir encer
agar spermatozoa dapat berenang dengan lancar dalam rahim menuju saluran telur untuk menemui dan
membuahi sel telur. Kejadian ini dapat digambarkan seperti seseorang yang berenang di sungai yang searah dengan arus sungai itu, sehingga perenang akan lebih cepat tiba di tempat tujuan. Di depan sudah dijelaskan bahwa prostaglandin yang terdapat di dalam semen dapat merangsang pergerakan dinding rahim.
Untuk dapat membuahi sel telur, jumlah spermatozoa tidak boleh kurang dari 20 juta. Dari jumlah tersebut hanya satu yang akan membuahi sel telur, dan yang lain akan mati dan terserap oleh tubuh. Ibarat perlombaan, hanya satu yang akan menjadi pemenang, dan itulah yang akan membuahi sel telur.
Sesaat sebelum terjadinya fertilisasi, sperma melepaskan enzim pencerna yang bernama hialuronidase yang bertujuan untuk melubangi protein penyelubung telur. Setelah dinding sel telur berlubang, maka sel sperma
masuk ke dalam sel telur. Bagian yang masuk adalah kepala dan bagian tengah, sedangkan ekor dari sel sperma terputus dan tertinggal. Akhirnya, terjadilah pembuahan itu.
Dari pembuahan tersebut akan dihasilkan zigot yang bersifat diploid dan memiliki kromosom sebanyak 23
pasang atau 46 kromosom di antaranya 44 kromosom tubuh dan 2 kromosom kelamin. Di dalam 46
kromosom ini terdapat semua rumus untuk membentuk seorang manusia. Untuk mengetahui lebih jelas tentang proses fertilisasi, cermatilah Gambar 9.9!
Selanjutnya, zigot hasil pembuahan tersebut akan mengalami pembelahan secara mitosis. Sel akan
langsung mengalami pembelahan ganda dari yang semula satu sel menjadi dua, lalu menjadi empat, delapan
dan seterusnya. Pembelahan itu berlangsung di sepanjang saluran tuba fallopi, sambil berjalan menuju uterus. Di sepanjang tuba fallopi terdapat rambut-rambut getar yang selalu bergerak melambai ke arah rahim (uterus) yang ber-fungsi untuk memudahkan pergerakan zigot menuju rahim (uterus). Selama berjalan menuju rahim, zigot aktif membelah. Pada saat itu dibutuhkan makanan untuk menjamin kehidupannya. Sumber makanannya adalah kuning telur, yang menyediakan makanan selama perjalanan zigot sampai dapat tertanam di dalam rahim. Apabila perjalanan yang dilakukan zigot normal, dalam waktu 6 hari zigot sudah tertanam di dalam dinding rahim. Tetapi pada kasus yang tidak normal, dapat terjadi pergerakan zigot di sepanjang tuba falopi terlalu lambat dan bahkan zigot terhambat, akhirnya akan tertanam di dinding tuba falopi. Keadaan ini sering disebut dengan istilah hamil di luar kandungan. Jika ini terjadi maka zigot tidak akan dapat tumbuh dengan normal, dan jika terjadi pertumbuhan pada zigot maka keadaan ini akan membahayakan ibunya, karena janin tersebut akan dapat memecahkan saluran tuba falopi. Semakin cepat kelainan ini diketahui semakin baik hasil penanggulangannya.
Tahap-tahap pembelahan zigot dimulai dari morula, kemudian berkembang menjadi blastula, selanjutnya blastula ini akan bergerak ke bagian rahim (uterus) dan sesampainya di rahim zigot yang aktif membelah akan
mengebor lapisan lendir rahim dengan menggunakan enzim yang dapat melebur sel-sel pada lapisan tesebut. Proses pengeboran ini dapat terjadi selama 4 - 5 hari, kemudian blastula akan tertanam pada dinding rahim.
Peristiwa ini disebut implantasi, yang terjadi setelah 1 minggu terjadinya fertilisasi. Pada saat ini, korpus iuteum menghasilkan hormon progesteron, yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rahim.
Setelah terjadi perlekatan zigot di dalam dinding rahim, hormon estrogen dan progesteron mengatur
agar menstruasi tidak terjadi. Blastula meneruskan pembelahan secara terus-menerus yang menghasilkan
gastrula, kemudian menjadi embrio dan akhirnya embrio akan berkembang menjadi janin di dalam rahim. Proses perkembangan embrio dapat Anda lihat pada Gambar 9.10!
Dari Gambar 9.10 terlihat fase yang terjadi meliputi fase morula, blastula, gastrula, dan embrio. Coba ingat
kembali pelajaran yang lalu di SMP, macam-macam fase-fase tersebut! Pada proses awal pembentukan zigot sampai tertanamnya di dalam rahim merupakan masa kritis, artinya kesalahan kecil sekalipun dapat
berakibat fatal. Semua sistem terkait harus berjalan dengan tepat demi kelangsungan hidup sel-sel janin tersebut. Setelah menemukan tempat tinggal yang aman dalam dinding rahim, janin tersebut selanjutnya akan
dihidupi oleh cairan khusus yang dihasilkan dinding rahim.
Kehamilan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa setelah terbentuknya zigot, maka zigot akan membelah terus untuk membentuk embrio yang kemudian tertanam di dalam rahim. Sewaktu berada di dalam rahim, embrio ini juga selalu membelah dan mengalami perkembangan untuk membentuk janin (fetus). Tingkat perkembang-an tersebut dapat dilihat pada uruturutan Gambar 9.11!
Jika Anda perhatikan akan terlihat sebenarnya pada tahap awal, bentuk embrio manusia tidak jauh berbeda dari bentuk embrio hewan vertebrata lain, yaitu mirip kecebong yang memiliki panjangnya 5 mm. Tahap blastulasi terjadi pada minggu pertama setelah fertilisasi. Pada saat ini embrio masih sangat kecil. Walaupun dalam kurun waktu itu ia telah terdiri atas ratusan sel-sel kecil yang berkumpul membentuk bola kecil yang berukuran hampir sama dengan kepala jarum pentul.
Pada proses pembentukan blastula, sel-sel membelah dengan cepat dan terjadi migrasi sel di dalam embrio, yang membentuk dua bagian utama, yaitu embrio yang nantinya berkembang menjadi janin dan membran ekstra embrio yang nantinya membentuk plasenta, amnion, dan tali pusar. Ketiga bagian ini berfungsi untuk menunjang kehidupan janin, antara lain:
- untuk memberikan nutrisi,
- pertukaran gas, dan
- menahan goncangan.
Air Susu Ibu/Asi
Air susu ibu dihasilkan oleh kelenjar susu pada payudara seorang wanita yang dapat memproduksi, biasanya dihasilkan setelah kehamilan tua atau setelah melahirkan.
Struktur dan Fisiologi Payudara
Semua mamalia memiliki kelenjar mammae. Payudara manusia berbentuk kerucut, dan memanjang dari iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau ketujuh. Payudara mempuyai jaringan kelenjar, duktus, jaringan buluh limfe. Jaringan kelenjarnya terdiri atas 15-25 lobus, masing-masing bermuara ke dalam duktus ekskretorius tersendiri yang berakhir di puting susu. Tiap duktus melebar ketika memasuki basis puting susu untuk membentuk sinus susu. Sinus ini berfungsi sebagai reservoir susu selama masa menyusui. Tiap lobus dibagi lagi menjadi 50-75 lobulus yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus ekskretorius lobus itu.
Puting susu dan areola mengandung otot polos yang berfungsi menyempitkan areola dan menekan puting susu. Kontraksi otot polos membuat puting susu tegak dan keras, dengan demikian akan mempermudah pengosongan sinus susu. Kulit puting susu dan areola berpigmen banyak dan tidak berambut, tetapi kadang-kadang ditemui pada areola mengandung folikel rambut.
Perubahan fisiologis pada payudara disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
1) Pertumbuhan dan proses penuaan.
2) Daur haid.
3) Kehamilan
Pada masa kehamilan, payudara wanita menjadi lebih penuh dan keras. Areola lebih gelap dan puting susu menegak ketika membesar. Ketika memasuki trisemester ketiga akan timbul kresi kekuning-kuningan yang disebut kolostrum. Setelah lahirnya anak, jika ibu tersebut menyusui dalam 24 jam, sekresi kolostrum berhenti dan mulai timbul sekresi air susu ibu (ASI). Selama menyusui, payudara membesar.
Manfaat Air Susu Ibu (ASI)
Pada proses kehamilan yang normal, setelah janin berusia 9 bulan 10 hari, akan dilahirkan. Setelah lahir, bayi akan memasuki masa pertumbuhan pasca kelahiran.
Air susu ibu (ASI) mempunyai peranan yang penting bagi seorang bayi, yaitu untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Ketika seorang bayi berusia di bawah 4 bulan, mereka belum diberikan makanan tambahan, karena pencernaannya masih halus sekali sehingga bayi hanya memerlukan makanan khusus yang berbentuk cair,
yaitu susu.
Sumber
Endang Sri Lestari & Idun Kistinnah. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungan. BSE SMA Kelas XI.