Contoh Khutbah Jumat, "Persiapan Menyambut Ramadhan". Ramadhan telah tiba, dan hari ini tepat untuk memberikan khutbah tentang persiapan menyambut ramadhan. Untuk yang berminat ingin mempelajari contoh khutbah ini silahkan ikuti berikut ini.
Materi khutbah jum'at awal ramadhan tentu biasanya akan disesuaikan dengan momen tersebut. Maka dari itu untuk persiapan kita bisa memilih beberapa tema yang benar-benar sesuai.
Berikut ini ada sebuah teks khotbah yang mudah-mudahan sesuai dengan kebutuhan kita. Mari menyambut ramadhan dengan penuh suka cita.
Materi khutbah jum'at awal ramadhan tentu biasanya akan disesuaikan dengan momen tersebut. Maka dari itu untuk persiapan kita bisa memilih beberapa tema yang benar-benar sesuai.
Berikut ini ada sebuah teks khotbah yang mudah-mudahan sesuai dengan kebutuhan kita. Mari menyambut ramadhan dengan penuh suka cita.
KHUTBAH JUMAT
PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Kaum muslimin wal
muslimat Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah.
Alhamdulillah,
kita bersyukur kepada Allah karena di hari yang mulia ini kita dikumpulkan
untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hari Jumat
merupakan hari raya kaum muslimin dalam setiap pekannya.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah,
‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia
Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS.
Yunus: 58)
Kaum muslimin wal
muslimat yang dirahmati Allah.
Bulan Ramadhan
beberapa saat lagi akan datang menjumpai kita, bulan yang mulia, yang
diharapkan oleh orang-orang shalih perjumpaan dengannya. Di bulan tersebut,
seseorang bisa mengumpulkan pahala yang banyak dengan waktu yang singkat demi
mencapai kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta’la.
Sejenak, marilah
kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati Ramadhan. Namun, apakah kita
telah meraih pelajaran-pelajaran berharga dari bulan Ramadhan?! Sudahkah
Ramadhan membuahkan perubahan dalam pribadi kita ataukah hanya sekedar
rutinitas belaka yang datang dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya,
perkenankanlah kami pada khotbah kali ini untuk menyampaikan beberapa pelajaran
Ramadhan, semoga dapat kita pahami, menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan
dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Bulan Ramadhan
merupakan sekolah keimanan dan bengkel yang sangat manjur bagi orang yang
mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil darinya, di
antaranya:
Ikhlas
Ikhlas merupakan
fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam ibadah
puasa secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa
berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka
akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. bukhori dan Muslim)
Demikian pula
dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah
semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar
apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah
Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.
Dalam sebuah
hadis riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama
kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid, pemberi shodaqoh, dan pembaca
Alquran. Perhatikanlah, bukankah jihad merupakan amalan yang utama?! Bukankah
shodaqoh dan membaca Alquran merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa
mereka malah dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan
keikhlasan dalam beramal.
Mutaba’ah
Mengikuti sunah
merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya
kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya, dalam
berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti
mengakhirkan sahur dan bersegera dalam berbuka.
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia akan
senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa dan
mengakhirkan sahur.” (HR. Bukhori-Muslim)
Demikian pula
dalam setiap ibadah lainnya, marilah kita berusaha untuk meniru agar sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga amal kita
tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setiap kebaikan dan kejayaan hanyalah
dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun terkadang
akal belum menerima sepenuhnya.
Dalam Perang
Uhud, kenapa kaum muslimin mengalami kekalahan? Jawabannya, karena mereka tidak
taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, apabila kita
menginginkan kejayaan maka hendaknya kita menghidupkan dan mengagungkan sunah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!
Takwa dan
Muroqobah
Meraih derajak
takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya
takut kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh
karenanya, marilah kita koreksi dan bertanya pada hati kita masing-masing,
apakah kita bertujuan hendak meraih tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik
buah ketakwaan ini?! Ataukah kita puasa hanya menjalaninya dengan anggapan
sekadar rutinitas saja?!
Seorang yang berpuasa tidak akan berbuka sekalipun manusia
tidak ada yang mengetahuinya karena merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah
dalam gerak-geriknya. Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat merasa takut
dan diawasi oleh Allah di mana pun berada dan kapan pun juga, terlebih ketika
kita hanya seorang diri. Apalagi pada zaman kita ini, alat-alat kemaksiatan
begitu mudah dikonsumsi, maka ingatlah bahwa itu adalah ujian agar Allah
mengetahui siapa di antara hamba-Nya yang takut kepada-Nya.
Persatuan
Bersatu dan tidak berpecah belah merupakan suatu prinsip
yang diajarkan Islam dalam banyak ayat Alquran dan hadis. Dalam puasa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu
hari (ketika) manusia berhari raya.” (HR. tirmidzi no. 607 dan dishohihkan
al-Albani dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang mulia. Lantas kenapa kita
harus berpecah belah dan fanatik terhadap kelompok dan golongan masing-masing,
padahal sembahan kita satu, Rasul kita satu, ka’bah kita satu, dan Alquran kita
satu?! Oleh karenanya, marilah kita rapatkan barisan kita dan rajut persatuan
dengan mengikuti Alquran dan sunah, taat kepada pemimpin kita, dan mengingkari
setiap pemikiran yang mengajak kepada perpecahan.
Kembali kepada Ajaran Alquran
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang berisi
petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى
لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (QS.
Al-Baqarah: 185)
Maka hal ini memberikan pelajaran kepada kita kaum muslimin
agar kembali kepada ajaran Alquran dengan membacanya, memahami isinya,
mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki kehidupan ini.
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang
tidak lain adalah disebabkan jauhnya mereka dari Alquran dan sunah.
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ
الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem al-inah (salah
sistem menuju riba), kalian sibuk dengan ekor sapi, rela dengan tanaman,
meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan Alah
tidak mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama kalian.” (HR. Abu
Dawud no. 3462 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 11)
Demikian pula, bencana demi bencana yang menimpa negeri ini
dari tsunami, banjir, tanah longsor, lumpur panas, dan sebagainya, barangkali
semua itu karena perbuatan dosa umat manusia agar mereka segera menyadari dan
kembali kepada ajaran agama yang suci. Allah berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan
ulah perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Demi Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat berpengaruh
pada keamanan suatu negeri, kenyamanan, dan perekonomian rakyat. Sebaliknya,
ketaatan akan membawa keberkahan dan kebaikan suatu negera. Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi.” (QS. Al-A’rof: 96)
Kasih Sayang Terhadap Sesama
Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan,
karena bulan itu adalah bulan yang sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda.
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling
dermawan dan lebih dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan, sehingga
digambarkan bahwa beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka
baginya pahala semisal oran gyan gberpuasa, tanpa dikurangi dari pahala yang
orang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no. 807 dan dishohihkan al-Albani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama
yang rahmat (kasih sayang) kepada sesama. Bagaimana tidak, di antara nama Allah
adalah Rahman dan Rahim (Maha penyayang), Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang, lantas bagaimana ajaran
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih sayang kepada sesama?!
Oleh karenanya, celakalah segelintir orang yang melakukan
aksi-aksi terorisme dan pengeboman yang sangat bertentangan dengan prinsip
Islam adalah kasih sayang sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat banyak
seperti hilangnya keamanan negara, hilangnya nyawa, rusaknya bangunan,
tercemarnya nama Islam, dan lain sebagainya.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين
والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ
صِرَاطِهِ الْـمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ
الْـجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْـمُبِيْنَ وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Akhlak yang Baik
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata, tetapi
lebih dari itu, yaitu menahan anggota badan dari bermaksiat kepada Allah.
Menahan mata dari melihat yang haram, menjauhkan telinga dari mendengar yang
haram, menahan lisan dari mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak
melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan
amalannya serta kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan
minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang mendalam dari
disyariatkannya puasa. Andaikan kita terlatih dengan pendidikan yang agung ini,
niscaya Ramadhan akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak yang agung.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa wanita
para sahabat menyuruh anak-anak mereka berpuasa, lalu apabila ada seorang anak
yang menangis minta makan, maka dibuatkan mainan sehingga lupa hingga datang
waktu berbuka.
Demikianlah hendaknya orang tua, mendidik anak-anak mereka
dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ingatlah wahai kaum muslimin wal
muslimat, anak merupakan anugerah dan nikmat dari Allah sekaligus amanat dan
titipan Allah pada pundak kita yang dimintai pertanggungjawabannya kelak di
hadapan Allah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Marilah kita didik anak kita dengan keimanan, ibadah, dan
ketaatan serta hindarkan mereka dari teman-teman jelek yang kerap meracuni
anak-anak kita. Hal ini lebih ditekankan lagi pada zaman ini di mana pergaulan,
pengaruh, dan polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari mangsanya
sehingga sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana anak-anak muda
sekarang yang aktif di masjid?! Mana anak-anak muda sekarang yang siap menjadi
imam shalat dan khotib Jumat?!!
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa
nafsunya. Dia harus sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan
bersenggama yang sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia melawan kemauan hawa
nafsu tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus
lebih mengedepankan cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap mengajak
kepada kemaksiatan.
وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ
بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Maka siapa saja di antara kita yang terjerumus dalam dosa
maka hendaknya dia berjuang melawan hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan
Allah.
Konsisten/Terus di Atas Ketaatan
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten
dalam ketaatan. Oleh karena itu, perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan
maka beliau bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam, dan membangunkan
keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih
bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik seperti kebanyakan di
antara kita, di awal Ramadhan kita semangat tetapi di akhir-akhir Ramadhan
sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan rumah.
Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang
Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan
dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami,
orang tua kami, istri dan anak-anak kami serta saudara-saudara kami semuanya.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati kami,
dan perbaikilah keadaan negara kami.
Ya Allah, berilakanlah kekuatan dan hidayah kepada para
pemimpin kami dalam menjalankan amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi, ya
Allah luaskanlah rezeki untuk kami dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa seorang dari
kami kecuali Engkau telah mengampuninya, dan suatu hutang kecauli engkau
melunasinya, sakit kecuali engkau menyembuhkannya, dan kesusahan kecuali Engkau
memudahkannya.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ
جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَـهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ
الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ
مَكَانٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ
وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ … اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ
يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Demikian tadi khutbah jum'at tentang menyambut ramadhan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bagi yang masih membutuhkan contoh lainnya silahkan cek dibagian bawah. Anda juga bisa mencari beberapa khutbah lain yang sudah disiapkan. Semoga berkenan. Terima kasih.
Referensi
[Download]
Bagi yang masih membutuhkan contoh lainnya silahkan cek dibagian bawah. Anda juga bisa mencari beberapa khutbah lain yang sudah disiapkan. Semoga berkenan. Terima kasih.
Referensi